Thursday, 11 February 2016

Berpetualang di Gunoeng Peut Sagoe


            Sekelompok pemuda yang suka travelling kali ini ingin mendaki ke sebuah puncak gunung yang begitu jauh perjalanannya, sehingga membutuhkan bekal yang cukup untuk bisa ke tempat tujuan. Karena waktu yang dibutuhkan ke gunung diperkirakan sekitar satu minggu, tidak mengherankan jika gunung itu tidak terlalu banyak orang yang berwisata. Apalagi jalannya hutan belantara dan penuh pendakian jadi menuju kesana hanya bisa dengan berjalan setapak demi setapak.
            Sekilas dilihat dari namanya Gunoung Peuet Sagoe (Gunung Empat Segi) bukan bentuknya yang empat segi, gunung tersebut tetap seperti gunung pada umumnya hanya saja namanya yang unik.        
Setelah kesepakatan, tepat pada tanggal 26/01/2014 kami pun berangkat dengan jumlah anggota kurang lebih 27 orang dan semua anggota yang menjelajah lelaki.
          
           Semua bekal dan alat maupun barang yang dibutuhkan dipersiapkan, tidak terkecuali tenda. Karena sebagai tempat penginapan maka tenda barang primer yang wajib ada. Berhubung kelompok kami tidak ada tenda maka terpal pun jadi sebagai tempat penginapan kami, dan sesuai perjanjian sebelum berangkat nanti di perjalananan menuju gunung tenda wajib dibawa bergiliran dan pasti itu sangat melelahkan. Tapi apapun itu kami tetap ikut, karena travel sejati itu tidak ada kata menyerah kami mencoba.
            Dari 27 orang terbagi ke dalam kelompok. Seperti kami dinamakan kelompok Anggota 10 karena berjumlah 10 orang, dan kelompok kami termuda dari kelompok lainnya nama kelompok bermacam-macam dan tentunya unik sulit di sebutkan karena menggunakan bahasa daerah. Walaupun kami ada kelompok masing-masing tetapi rasa kepedulian satu sama lain tidak hilang dan kekompakan pun tetap ada.


            Perjalanan pun dimulai pada pagi hari menggunakan sepeda motor. Dalam perjalanan terlihatlah dari jauh bukit-bukit tinggi yang begitu hijau penuh pohon-pohon rindang yang mungkin dijaga dengan baik oleh masyarakat sekitar, hawa dingin pun terasa penuh dengan oksigen yang segar dan sawah-sawah yang terbentang luas sekitar jalan tempat yang terkenal dengan beras enaknya disinilah kami tempat yang namanya Tangse, Pidie, Aceh.
Kami menempuh perjalanan sekitar dua jam, dan berhenti untuk shalat zuhur dan makan siang. Dan dilanjutkan lagi hingga sampai ke kampung terakhir tepat di kecamatan Geumpang dan ke rumah seseorang sebagai penunjuk arah jalan selama perjalanan. Karena ini baru pertama kali nya kami mendaki gunoung peuet sagoe, maka dibutuhkan pembawa jalan yang sudah pernah mendakinya supaya kami tidak tersesat dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Pendakian pertama dimulai dengan menggunakan sepeda motor, kami terus berjuang disini menghindar dari batu-batu kecil dan besar baik yang berserakan maupun yang tertanam didalam tanah dan ditambah hujan semakin sulit dalam menaiki puncak tersebut, ini masih perjalanan paling mendasar tapi begitu sulit. Karena sulit itu bukan pilihan maka kami pun tetap melanjutkan petualangannya.
Setelah melewati beberapa kesulitan, terpaksa para penumpang diturunkan termasuk aku yang harus menaiki puncak yang tinggi dengan jalan bebatuan di tambah hujan dan sambil membawa terpal sebagai tempat inap anggota kami.
Dan tepat pada waktu magrib kami sampai di titik peristirahatan pertama yang orang disekitar itu menyebutnya dengan nama Wee Keubeu (Kandang Kerbau). Tapi sebelum menginap kami pernah melanjutkan perjalanan menggunakan mobil hunter yang tersedia disana, tapi sayang setelah berjalan beberapa kilo perjalanan dalam gelapnya malam jalannya tidak bisa dilewati mobil tersebut dikarenakan terhalang dengan  pohon yang tumbang diatas jalan akibat ulah gajah liar. Kami pun berbalik ketempat semula. Dan setiap kelompok sudah sibuk mempersiapkan tenda, dapur, ada sebagian yang mencari kayu bakar dan berbagai macam kegiatan lainnya.
Pagi-pagi sudah terbangun guna melaksanakan yang wajib dulu lalu mempersiapkan sarapan sebagai energi untuk terus bisa melanjutkan perjalanan, karena ini masih terlalu jauh kami pun melanjutkan perjalanan lagi dengan melangkah setapak demi setapak.
Setelah berjalan sekitar beberapa jam, kami pun memilih untuk beristirahat dulu sambilan menunggu kawan-kawan yang tertinggal dibelakang. Selama perjalanan ini tidak terlalu sulit dikarenakan jalannya yang datar tidak ada pendakian, kendala hanya melawan panas dan agak kelelahan.

 Setelah semua terkumpul, kami pun melanjutkan lagi perjalanannya. Kaki pun tergerakkan lagi melewati hutan yang penuh dengan tumbuhan sejenis paku yang hijau dan semak belukar. Orang yang membawa jalan berada didepan dengan parang di tangan kanannya guna memotong semak belukar yang menghalangi jalan kami.
         Setelah berjalan sekitar satu jam kami pun sampai di tempat yang di namakan SP Satu. Begitulah orang disana menyebutkannya, SP itu seperti sebuah wilayah pada zaman dulu yang terdiri atas penduduk yang hidup disana. Tetapi tidak berpenghuni lagi hanya terdapat beberapa bangunan yang sudah roboh termasuk menasah sebagai tempat beribadahnya orang disana. Aku tau sedikit informasi yang bahwa SP itu bukan hanya satu saja tetapi ada SP Empat dan SP Lima hanya saja jarak antara satu SP dengan SP lain berjauhan dibutuhkan waktu berjam-jam untuk bisa menemukan SP lainnya. 
         Jarum jam sudah menunjukkan angka 11.54 WIB, sesudah melihat-lihat keadaan di SP Satu perjalanan pun dilanjutkan. Panas yang menyengat sangat terasa di kulit, masing-masing kami membuka minuman lalu meminumnya. Jalannya mulai ada tanjakan dan tumbuhan pun semakin banyak menghalangi jalan yang kami tempuh seolah-olah mereka tidak membiarkan kami melanjutkan perjalanan. Terpal yang di bawa pun semakin memperberat beban, walaupun begitu kami saling bergantian membawanya. Terkadang ada juga bekas kaki gajah yang juga melewati jalan yang sedang kami tempuh, terbukti terdapat fesesnya serta banyak tumbuhan yang sudah patah dan mati akibat diinjaknya ini memudahkan kami melewati jalannya dikarenakan tidak perlu di ptong lagi semak belukar yang menghalangi jalan.
         Dan setelah berjalan sekitar empat jam dari SP Satu akhirnya pada pukul 15.52 WIB tiba juga di tempat peristirahatan kedua yang dinamakan SP Empat. Disinilah kami bermalam dan melanjutkan perjalanan esok harinya. Kebetulan ada sebuah bangunan yang sudah hancur dindingnya hanya tersisa puing-puing dan atap yang masih lumayan bagus bisa dijadikan tempat penginapan.
         Setelah beristirahat sejenak, kami pun mencari sumber air karena itu yang terpenting. Bekal pun semakin sedikit karena dimanfaatkan pada saat perjalanan  pertama hingga sampai di SP Empat termasuk air. Ternyata mudah air didapat, karena bangunan ini dulunya tempat tinggal orang pasti ada sumur di sekitarnya, terbukti di belakang bangunan terdapat sebuah sumur yang bisa dimanfaatkan. Sebelum ditemukannya sumur dibelakang bangunan, kami satu anggota mengambil air di sebuah parit bisa dibilang begitu karena tidak terlalu besar airnya pun sedikit, dan perjalanan kesanapun memakan waktu agak lama.
         Tapi kami harus tetap pergi karena air sangat dibutuhkan untuk segala hal termasuk memasak. Tugas pun sudah dibagi, sebagian mencuci beras adapula yang mencari kayu bakar, menyiapkan dapur, mengambil air serta mempersiapkan bahan untuk memasak kuah dan ikan seperti mengiris bawang dan hal lainnya pokoknya semua bekerja itulah kami kelompok Anggota 10.

          Setelah semua siap, kami pun makan bersama-sama. Karena malam ini kami menginap, berarti masih ada kesempatan untuk melihat-lihat tempat yang kami sedang singgah ini. Aku pun pergi bersama kawan Anggota 10 dalam hutan rimba ini yang penuh dengan tumbuhan kehijauan, sangat terasa udara yang begitu segar dan pastinya bebas polusi.
            Malam pun telah tiba. Semua kelompok sibuk mempersiapkan tenda masing-masing. Kami pun begitu sibuk membuat tenda dari terpal dan akhirnya siap juga yang bisa dihuni anggota lebih dari 10 oang hebat bukan, tidak sia-sia kami membawanya walaupun agak merepotkan. Sedangkan anggota lainnya memasak untuk makan malam dan adapula yang memasak air sebagai minuman kami disaat nongkrong bareng sebelum tidur dan dikarenakan disinipun suhunya dingin maka minuman panas cocok menemani malam kami.
            Hari ini tanggal 28/01/2014 berarti kami sudah tiga hari dua malam berada di hutan rimba ini, dan seperti biasa pagi-pagi kami bangun untuk shalat shubuh berjamaah, pagi ini sangat terasa dinginnya seumpama es yang mencair. Selesai sudah semua urusan pada pagi ini, kurang lebih pada pukul 08.00 WIB kami melanjutkan lagi perjalanan.
            Pada saat melewati jalan kali ini kami menemukan petualangan yang sebenarnya. Seakan-akan beban yang sedang aku bawa, mau aku buang semua biar agak ringan bebanku sebegitulah lelahnya perjalanan kali ini. Bagaimana tidak, kami harus melewati berjam-jam lamanya dan jalannya pun tidak mudah selalu ada pendakian. Tanjakannya begitu tinggi dan ketika turun pun harus sangat berhati-hati, kami juga melewati beberapa anak sungai yang memisahkan antara satu bukit dengan bukit lainnya. Masalah utama bukan sulitnya perjalanan, tetapi bekal kami semakin sedikit terutama air minum. Ketika kami melewati anak sungai, dengan modal hanya botol aqua kosong kami mengambil air ditempat tersebut sebagai minuman kami agar tidak dehidrasi. Begitu lelah dan lapar inilah yang cocok dinamakan dalam perjalanan yang begitu jauh dan sulit. Apapun mau dimakan asalkan makanan dan pastinya bisa mengenyangkan perut.
Sudah sekitar tiga jam lebih kami melewati hutan ini tapi tidak ada tanda-tanda terlihat Gunoung Peuet Sagoe. Untuk bisa melanjutkan perjalanan lagi kami butuh istirahat sebentar. Semua cemilan yang dibawa kami keluarkan seperti roti biskuit. Hanya sekali buka dalam hitungan detik habis semua, karena energi sudah digunakan dalam perjalanan sebelumnya jadi membutuhkan energi baru untuk bisa melanjutkan perjalanan lagi.
Kami melanjutkan perjalanan lagi, walaupun masih harus beristirahat beberapa saat di beberapa tempat sekitar pukul 17.00 WIB kami sampai ditempat peristirahatan ketiga dan gunung yang dituju pun sudah tampak terasa begitu dekat. Karena seharian melakukan perjalanan kami pun memilih untuk menginap ditempat ini. Semua barang yang dibawa diletakkan di suatu tempat yang mana itu tempat masing-masing kelompok.
  Untuk air disini gampang karena ada anak sungai, hanya saja untuk mendapatkannya perlu turun beberapa meter dari tempat penginapan. Pada malamn hari sangat terasa udara dinginnya lebih dingin ditempat ini dibandingkan di tempat penginapan sebelumnya SP Empat. Kami pun memakai jaket ditambah lagi sebo serta melilitkan sarung di leher agar dapat menghangatkan badan. Tidak lupa pula memasak air untuk membuat kopi karena malam hari memang tradisi kami dalam hal ini. Banyak pohon serta ranting kayu yang sudah tumbang dan mati sehingga bisa kami manfaatkan sebagai kayu bakar guna memasak. Terpal pun sudah siap dihuni sangat bagus untuk dijadikan tenda karena bisa di huni lebih dari sepuluh orang itu menandakan satu terpal bisa membantu orang banyak dalam penginapan. Terpal yang kami bawa ini bukan terpal biasa karena bentuknya sudah dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan tenda.
            Pagi hari ini tanggal 29/01/2014 begitu cerah, walaupun matahari tidak tampak di depan mata bisa dilihat dari awan yang putih dan langit biru cerah. Pagi hari ini malas untuk bangun, suhunya mencekam badan begitu dingin. Apapun yang sudah kami usahakan untuk menghangatkan tubuh sepertinya sia-sia. Bayangkan saja minyak goreng yang kami bawa membeku layaknya mentega mungkin lebih keras ini. Entah berapa derajat celcius suhu disini yang membuat tangan selalu memeluk badan yang mengigil. Aku pun turun dari pendakian menuju anak sungai guna membasuh muka. Air yang mengalir disela-sela bebatuan yang banyak terdapat di anak sungai tersebut begitu dingin, sangat dingin. Seakan dinginnya itu masuk lewat kulit menembus kedalam tulang. Aku pun tetap melanjutkan membasuh mukaku walaupun badanku menggigil karena kedinginan. Pemandangan ditempat ini begitu indah, terdapat banyak pohon yang tumbuh tinggi dan rimbun serta kicauan burung yang asik terbang berkeliling mencari makanan.
            Aku pun mendaki ketempat penginapan, kulihat anggota kelompok lagi memasak untuk sarapan pagi ini. Sarapan kali ini telur di goreng serta mie sebagai kuahnya. Kami menyantap dengan lahap bersama-sama dengan ramai begini makan pun jadi lahap dan bersemangat.
            Setelah semua beres, kami menuju ke anak sungai untuk mandi dan mencoba dinginnya air di tempat ini. Begitu segar. Sangat cocok ketempat ini lagi panas-panas guna mendapatkan kesegaran baru.
            Setelah semua berkumpul ditempat penginapan sekitar pukul 09.00 WIB diberitakan kepada kami semua yang bahwa semua anggota harus pulang hari ini, alasannya bekal tidak cukup takutnya cukup bekal sampai ketempat tujuan dan tidak mencukupi nanti disaat pulang karena perjalanan masih jauh mungkin ada penginapan lagi.
Mendengar hal itu tidak sedikit orang yang kecewa, padahal kami sudah berusaha sejauh ini tetapi harus pulang tanpa melihat indahnya pemandangan di Gunoung Peuet Sagoe. Tapi kami tidak bisa melakukan apa-apa hanya mematuhi apa yang di katakan pemimpin jalan kepada kami karena bekal pun sangat dibutuhkan dalam perjalanan tanpa itu kami bisa saja mati kelaparan ataupun bisa kehausan didalam hutan rimba ini. Tapi kami berjanji akan kembali lagi ketempat ini sampai tujuan ke Gunoeng Peuet Sagoe dengan bekal yang cukup.
Semua barang serta peralatan yang dibawa dimasukkan kedalam ransel masing-masing. Dan setelah siap semua kami pun berbalik arah untuk pulang. Disaat perjalanan pulang kami tidak lagi merasa kesulitan walaupun masih ada pendakian karena arah jalan sudah teringat tinggal berjalan setapak demi setapak.
Kami menempuh perjalanan seharian dan tiba akhirnya di tempat penginapan terakhir sekaligus penginapan semula SP Empat sekitar pukul 16.30 WIB. Disinilah tempat penginapan terakhir kami sebelum kami pulang.
Karena kelelahan seharian berjalan tidurpun begitu nyenyak. Semua anggota kelompok kami tertidur di dalam tenda yang kami ikatkan kesatu tiang ketiang lainnya yang terdapat di bangunan roboh disana.
Hari ini tanggal 30/01/2014 yang berarti sudah lima hari kami hidup didalam hutan rimba ini dengan bekal berkecukupan dan waktu pulang pun tiba. Pagi-pagi sudah dibangunkan untuk bersiap-siap pulang. Setelah semua urusan selesai sekitar pukul 08.00 WIB kami melanjutkan perjalanan pulang. Setelah melewati berbagai keadaan jalan ada yang mendaki, berjalan lewat semak belukar, dan setelah beristirahat sejenak di beberapa tempat kami pun tiba di tempat penginap pertama dan melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor yang sudah menunggu selama lima hari lamanya. Pada pukul 14.00 WIB kami semua sampai di kampung Geumpang, dan singgah ke rumah orang yang membawa arah jalan sebagai ucapan terimakasih dan meminta izin untuk pulang. Yang tidak beres pun dibereskan di kampung ini seperti ban bocor dan juga rantai honda yang terputus tidak bisa tersambung lagi.
            Setelah semua siap, kami berangkat pulang ke kampung halaman. Selama dalam perjalanan ada di beberapa tempat yang kami singgah untuk melihat-lihat. Walaupun Gunoung Peuet Sagoe tidak tercapai selama lima hari perjalanan kami tidak merasa putus asa karena dalam hal ini banyak pengalaman dan pelajaran baru yang kami dapatkan, baik itu kekompakan, kepedulian, kebahagiaan, kesulitan, rintangan semua yang mungkin tidak aku sebutkan ada kami rasakan disini. Kami adalah pemuda yang memilih berpetualang yang susah dan sulit untuk dijangkau karena ingin mendapatkan hal seperti itu dan yang penting bukan hanya sekedar berfoto.
            Kami pun mengucap selamat tinggal Gunoung Peuet Sagou untuk sementara waktu, karena perjalanan kami menuju ketempat mu tidak berakhir hari ini. Kami akan melanjutkan lagi dengan bekal yang cukup dan waktu yang tepat. Hari itu pasti akan tiba, tunggu saja. (Ronny)
 
             
Share:
Location: Geumpang, Pidie Regency, Aceh, Indonesia

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Kunjungi Profil Lengkap Saya