Saturday 22 October 2016

FAKTA DI BALIK TARIAN SAMAN YANG MENDUNIA

Banyak sekali seni tari yang ada di Indonesia, salah satunya tari Saman yang berasal dari Provinsi paling barat Indonesia yaitu Aceh. Tari saman dianggap seni tari yang sangat unik di dalam negeri, bukan hanya karena gerakan badan yang kompak melainkan harmonisasi lagu dan paduan suara yang mengiringinya. Ini lah yang membuat tari saman tidak hanya terkenal di dalam negeri tapi juga terkenal manca negara. Baiklah saya akan membahas keunikan tari saman mulai dari sejarah, asal-usul, gerakan, lagu, dan paduan suaranya.


Asal Usul Dan Sejarah Tari Saman
            Tari Saman sudah ada sejak abad ke-14 di suku gayo yang dikembangkan oleh ulama besar pada saat itu yang bernama Syekh Saman. Tarian ini pertama hanyalah sebuah permainan rakyat yang bernama Pok Ane. Kemudian, dengan ditambahkan syair-syair dan berisi pujian kepada Allah SWT, dan iringi tepukan-tepukan penari saat itulah tari Saman banyak ditampilkan sebagai media dakwah.
            Pada saat masa kesultanan Aceh tari Saman hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti Maulid Besar Nabi Muhammad SAW. Dengan perkembangan zaman, sekarang saman juga ditampilkan di acara pernikahan, khitanan, dan acara hiburan lainnya.
            Sejak 24 November 2011, saman ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda asal indonesia oleh UNESCO dalam sidang keenam Komite Antar Negara di Bali. Tarian yang dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan sebutan “Dance of Thousand Hand” ini sampai sekarang dilestarikan, tidak hanya orang suku Aceh Gayo, tapi seluruh masyarakat dunia yang mengagumi keunikannya.
Gerakan Tari Saman
            Awalnya tarian saman hanya dimainkan oleh kaum pria saja tidak lebih 10 orang, 8 orang penari dan 2 orang sisanya sebagai pemberi aba-aba. Namun, pada perkembangannya menyadari bahwa sebuah tarian akan lebih semarak jika dimainkan oleh banyak penari dan sekarang tari saman dimainkan lebih dari 10 orang.  Dan pada akhirnya wanita pun diizinkan untuk ikut serta dalam memainkan tari saman. Untuk menghasilkan sebuah tarian yang kompak maka dalam satu regu dipimpin oleh dua orang sebagai pemimpin yang di sebut Syekh. Syekh disini berperan dalam pengatur irama gerakan dan pemandu nyanyian atau syair-syair yang mengiringi tarian ini.


            Gerakan dalam tari saman terbagi dalam beberapa unsur yaitu gerakan tepuk tangan dan gerak tepuk dada, gerak guncang, gerak kirep, gerak lingang, gerak surang-saring. Nama-nama gerakan tari saman berasal dari bahasa Gayo. Yang membuat para penonton berdecak kagum menyaksikan tari saman yaitu harmonisasi gerakan dalam tarian ini yang mengalun cepat bersama syair-syair yang mengiringinya.  

Paduan Suara dan Lagu Tari Saman
            Berbeda dengan pertunjukan pada umumnya, pada pertunjukan tari saman yang asli, anda tidak akan menemukan iringan irama alat musik apapun. Satu-satunya irama yang digunakan untuk menyelaraskan gerakan tari ini suara dari penari itu sendiri. Mereka akan bertepuk tangan, bertepuk dada, paha, lantai dan terkadang ikut serta dalam menyanyikan syair untuk menghasilkan kekompakan dalam tarian.


            Untuk syair dan nyanyian lagu dalam tari saman merupakan sebuah pepatah dan nasihat yang begitu dalam. Syair-syair tersebut merupakan pesan moral ajaran islam yang seharusnya di resapi oleh para pendengarnya. Dalam melantunkan syair-syair tidak sembarangan, ada lima aturan yang harus di taati oleh syekh. Kelima aturan itu meliputi :
-Rengum atau auman yang diawali oleh pemandu.
-Dering yaitu rengum yang diikuti oleh semua penari.
-Redet yaitu lagu singkat dengan nada pendek yang dinyanyikan oleh salah satu penari di bagian tengah.
-Syekh atau lagu yang dinyanyikan dengan suara panjang tinggi sebagai perubahan gerakan.
-Saur atau lagu yang diulangi bersama oleh semua penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.


            Makna dari tari saman itu sendiri melambangkan tingginya pendidikan, sopan santun, kebersamaan, kekompakan dan kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius. Selain makna dari gerakan, tarian saman juga memiliki makna dalam setiap bait syair yang diucapkan syekh. Yang merupakan nasehat-nasehat dengan makna begitu dalam sebagai contoh moral yang baik.

Share:

Thursday 6 October 2016

Tradisi Meugang di Aceh


Sejarah


            Indonesia mempunyai suku, bahasa, serta budaya yang beragam. Dari wilayah indonesia timur hingga ke barat serta utara sampai ke selatan mempunyai suku, bahasa, dan budaya yang berbeda-beda, jadi terkumpul lah berbagai macam suku, berbagai macam bahasa dan begitu pula dengan budaya itulah yang membuat negara indonesia kaya, bukan hanya karena sumber daya alamnya yang melimpah akan tetapi kaya akan juga budayanya.
            Diwilayah ujung utara pulau sumatera indonesia yaitu Nanggroe Aceh Darussalam ada suatu tradisi yang mulai dilakukan dari zaman kerajaan aceh sampai dengan sekarang yang disebut dengan sebutan Meugang atau Makmeugang.
            Meugang yaitu tradisi dimana menyembelih hewan qurban sapi dan kambing yang dilakukan tiga kali dalam setahun yakni bulan ramadhan, hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. Selain sapi dan kambing, masyarakat aceh juga menyembelih ayam dan bebek pada hari meugang, ini dilakukan bagi masyarakat yang kurang suka akan daging dan harga daging yang terlalu mahal. Di desa, meugang dilakukan satu hari sebelum bulan ramadhan dan hari raya, sedangkan dikota dua hari sebelum bulan ramadhan dan hari raya.
            Tradisi meugang di Aceh sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu dimulai sejak masa Kerajaan Aceh. Kala itu (1607-1636 M), Sultan Iskandar Muda memotong hewan dalam jumlah banyak dan dagingnya dibagikan secara gratis kepada seluruh rakyatnya. Hal ini dilakukan oleh beliau sebagai rasa syukur atas kemakmuran rakyatnya dan sebagai rasa terimakasih kepada rakyatnya. Setelah Kerajaan Aceh ditaklukkan oeh Belanda pada tahun 1873, tradisi ini tidak lagi dilaksanakan oleh Raja. Namun, karena hal ini telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh, maka meugang tetap dilaksanakan hingga saat ini dalam kondisi apapun(sumber :https://id.wikipedia.org/wiki/Meugang).

Cara Mendapatkan Daging


            Di Aceh, saya misalkan di pasar Padang Tiji, Kab. Pidie pada hari meugang kondisi pasar ramai oleh pengunjung dimulai dari subuh sampai dengan siang. Daging yang dijual berupa daging kerbau, sapi dan kambing. Kita bisa melihat daging yang sudah dikuliti bertumpukan diatas meja dan juga digantung-gantung. Sepanjang jalan berderet orang mejual daging dan menawarkan kepada para pembeli agar mau membelikan dagangannya. Para pembeli pun sibuk memilih daging-daging yang bagus untuk dibeli. Komunikasi antara pedagang dan pembeli tak ada habisnya, kita bisa dengar keriyuhan pasar pada hari meugang dimana orang bersuara tak ada yang diam demi mendapatkan setumpuk daging yang berkualitas yang akan dibawa pulang kerumah untuk keluarganya.
           Sekarang kita tahu harga daging sangat mahal berkisar antara Rp 170.000/kg – Rp 180.000/kg, tapi apalah dikata walaupun harganya tidak sesuai dengan isi kantong masyarakat Aceh tetap rela berdesak-desakan dipasar demi mendapatkan setumpuk daging untuk keluarganya. Karena pada hari meugang tersebut masakan daging dirumah kewajiban bagi masyarakat Aceh.
         Selain daging di beli ada juga hasil qurban dari orang-orang mampu yang disembelih dan khusus dibagikan untuk orang-orang fakir miskin. Inilah yang membantu orang-orang yang tidak sanggup membeli daging, dengan bahagia dapat juga merayakan hari meugang seperti yang dilakukan orang lain.
           
Memasak daging
Daging yang telah dibeli dimasak dengan berbagai macam masakan, seperti rendang. Makanan khas indonesia ini telah diakui dunia sebagai makanan terenak mengalahkan makanan lainnya. Rendang sendiri adalah masakan daging bercitarasa pedas dengan campuran bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam). Selain rendang masih banyak masakan lainnya dari daging yang telah dibeli. Namun daging-daging yang telah didapat tidak semua dimasak sekaligus, ada namanya pengawetan daging yaitu dendeng. Masyarakat Aceh menyebutnya dengan sie tho (daging kering). Pengawetan ini dilakukan dengan cara mentaburi garam dan dijemur yang menghasilkan daging berasa asin.
Setelah daging meugang selesai dimasak, maka anggota keluarga berkumpul dan menyantap hasil masakan berbagai macam olahan daging. Tentu saja hari meugang tersebut adalah hari berbahagia bersama keluarga dan kerabat, karena disuguhkan masakan istimewa.

Nilai Religius      
Meskipun daerah Aceh sangat kental dengan nilai religiusnya, tradisi meugang bukanlah murni ajaran Islam, akan tetapi ia merupakan sebuah aplikasi pengamalan Islam dalam bentuk budaya. Melaksanakan tradisi meugang bukanlah sebuah kewajiban, akan tetapi merupakan sebuah keharusan bagi orang Aceh yang mesti dilaksanakan. Untuk meyakinkan bahwa tradisi meugang ini adalah sebuah tafsir agama, kita dapat melihat beberapa hal yang melatar belakangi adanya tradisi meugang, yaitu (1) Meugang dilaksanakan menyambut bulan puasa, hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. (2) Meugang dimanfaatkan bagi orang dermawan untuk bersedekah. (3) Meugang menjadi bentuk silaturrahmi antara keluarga dan kerabat(sumber :http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2294/tradisi-meugang).
Tradisi meugang di Aceh salah satu tradisi yang unik yang telah dilakukan sejak lama. Meugang sendiri membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar Aceh. Berbagai keadaan berubah menjadi lebih baik di hari meugang tersebut. Baik itu kebersamaan bersama keluarga, bersedekah kepada yang membutuhkan dan masih banyak keadaan yang membahagiakan. Kita bisa melihat pada hari meugang suasana begitu ramai serta kita pun dapat merasakan ikut dalam keramaian tersebut. Dihari-hari lain kita tidak pernah merasakan bagaimana mencicipi masakan daging bersama-sama dengan keluarga tapi dihari meugang kita bisa mendapatkan momen tersebut. Dan bagaimana kita bisa melihat para fakir miskin dapat merasakan setumpuk daging dari tetangga maupun kerabatnya yang di sedekahkan untuknya agar mereka satu keluarga juga bisa merasakan suasana meugang bukan hanya mencium aroma masakan dari tetangga saja tetapi ikut memasak dan makan bersama keluarga seperti keluarga umumnya di Aceh.
Dengan adanya tradisi meugang ini, kehidupan masyarakat Aceh makmur. Dikarenakan dalam bulan tertentu masyarakat dapat mencicipi daging walaupun hanya tiga kali dalam setahun. Masyarakat Aceh sendiri sangat senang dengan tradisi meugang, bisa kita lihat walaupun harga daging melonjak drastis meugang tetap terlaksana tidak ada kata berhenti. Semoga tradisi ini terus berlanjut sampai tidak ada kata berhenti, karena tradisi meugang ini memiliki nilai-nilai religius dan sosial yang tinggi yang tidak terdapat pada tradisi lainnya.



Share:

Wednesday 5 October 2016

Gunongan : Bukti Kejayaan Aceh Pada Masanya


 Sejarah
             
               Bila India punya Taj Mahal, Thailand ada Prasat Hin Phimai dan Durban dengan Kastil Stratford-nya sebagai simbol cinta kasih, di Banda Aceh ada Gunongan. Gunongan artinya gunung, bangunan berupa gunungan yang dipersembahkan Sultan Iskandar Muda kepada permaisurinya Putri Kamaliah dari Negeri Pahang, Malaysia. Putri Kamaliah atau lebih dikenal dengan Putroe Phang diboyong Sultan Iskandar Muda ke Aceh setelah menaklukkan Pahang, Malaysia. Saking cintanya pada permaisuri dari Pahang, Sultan Iskandar Muda memenuhi permintaan Putroe Phang dan membuatkan baginya taman sari.


         Pada masa itu, pada tahun 1613 dan tahun 1615 melalui penyerangan dengan kekuatan ekspedisi Aceh 20.000 tentara laut dan darat, Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung Utara Melayu. Sebagaimana tradisi pada zaman dahulu, kerajaan yang kalah perang harus menyerahkan glondong pengareng-areng (rampasan perang), upeti dan pajak tahunan. Di samping itu juga harus menyerahkan putri kerajaan untuk diboyong sebagai tanda takluk. Putri boyongan itu biasanya diperistri oleh raja dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan dari kerajaan yang ditaklukkannya, sehingga kerajaan pemenang menjadi semakin besar dan semakin kuat kedudukannya. Penaklukan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung Melayu berpengaruh besar terhadap diri Iskandar Muda. Putri boyongan dari Pahang yang sangat cantik parasnya dan halus budi bahasanya membuat Sultan Iskandar Muda jatuh cinta dan menjadikannya sebagai permaisuri. Demi cintanya yang sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia memenuhi permintaan permaisurinya untuk membangun sebuah taman sari yang sangat indah, lengkap dengan Gunongan sebagai tempat untuk menghibur diri agar kerinduan sang permaisuri pada suasana pegunungan di tempat asalnya terpenuhi.

Bagian-bagian Gunongan     


        Gunongan adalah bagian dari suatu kompleks yang lebih luas, yaitu Taman Ghairah, yang merupakan bagian dari taman istana. Di kompleks ini sekarang hanya tersisa empat buah bangunan, yaitu (1) Gunongan itu sendiri; (2) Leusong (lesung batu) terletak di kaki Gunongan; (3) Kandang, sebuah bangunan empat persegi di bagian utara di arah timur laut sepanjang sungai Krueng Daroy; dan (4) Pinto Khop adalah sebuah pintu gerbang berbentuk kubah yang dulunya menghadap istana dan menghubungkan taman dengan alun-alun istana. Hanya anggota keluarga istana kerajaan yang diizinkan melewati pintu gerbang ini. Adapun detail dari bagian dari Taman Sari Gunongan itu adalah :
1) Gunongan berdiri dengan tinggi 9,5 meter, menggambarkan sebuah bunga yang dibangun dalam tiga tingkat. Tingkat pertama terletak di atas tanah dan tingkat tertinggi bermahkota sebuah tiang berdiri di pusat bangunan. Keseluruhan bentuk Gunongan adalah oktagonal (bersegi delapan). Serambi selatan merupakan lorong masuk yang pendek, tertutup pintu gerbang yang penyangganya sampai ke dalam gunung.

2) Penterana merupakan batu berukir berupa kursi bulat berbentuk kelopak bunga yang sedang mekar dengan lubang cekung di bagian tengah. Kursi batu ini berdiameter 1 m dengan arah hadap ke utara dengan tinggi 50 cm. Sekeliling penterana batu berukir berhiaskan arabesque berbentuk motif jaring atau jala. Penterana batu berukir berfungsi sebagai tahta tempat penobatan sultan.

3)Kandang Baginda merupakan sebuah lokasi pemakaman keluarga sultan Kerajaan Aceh, di antaranya makam Sultan Iskandar Tsani (1636-1641) sebagai menantu Sultan Iskandar Muda (1607-1636) dan istri Sultanah Tajul Alam (1641-1670). Bangunan kandang berupa teras dengan tinggi 2 m dikelilingi oleh tembok dengan ketebalan 45 cm dan lebar 18 m. Bangunan ini dibuat dari bahan bata berspesi kapur serta berdenah persegi empat dengan pintu masuk di sisi selatan.

4) Medan Khairani merupakan sebuah padang luas di sisi barat Taman Ghairah yang pernah dihiasi dengan pasir dan kerikil yang dikenal dengan nama sebutan kersik batu pelinggam. Sebagian besar lahannya kini digunakan sebagai Kerkoff, kompleks makam Belanda yang juga disebut Pocut. Kompleks makam ini digunakan untuk mengubur prajurit Belanda yang gugur dalam Perang Aceh pada tahun 1873-1902.

5) Balai merupakan bangunan yang banyak dibangun di dalam Taman Ghairah. Dalam Bustan as Salatin diuraikan mengenai lima unit balai dengan halaman pada tiap-tiap balai beserta teknik pembangunan dan kelengkapan ragam hiasnya. Balai merupakan bangunan panggung terbuka yang dibangun dari kayu dengan fungsi yang berbeda-beda. Balai-balai tersebut antara lain Balai Kambang tempat peristirahatan, Balai Gading tempat kenduri dilaksanakan, Balai Rekaan Cina tempat peristirahatan yang dibangun oleh ahli bangunan dari Cina, balai keemasan tempat peristirahatan yang dilengkapi dengan pagar keliling dari pasir, dan Balai Kembang Caya. Namun, dari balai-balai yang disebutkan tersebut tidak satu pun yang tersisa.

6) Pinto Khop (Pintu Biram Indrabangsa) secara bebas dapat diartikan sebagai pintu mutiara keindraan atau kedewaan/raja-raja. Di dalam Bustan as Salatin disebut dengan Dewala. Gerbang ini dikenal pula dengan sebutan Pinto Khop, merupakan pintu penghubung antara istana dengan Taman Ghairah. Pintu Khop ini terletak pada sebuah lembah sungai Darul Isyki. Dugaan sementara, tempat ini merupakan tebing yang disebutkan dalam Bustan as Salatin dan bersebelahan dengan sungai tersebut. Dengan adanya perombakan tata kota Banda Aceh dewasa ini, kini pintu tersebut tidak berada dalam satu kompleks dengan Taman Sari Gunongan. Bangunan pintu Khop dibuat dari bahan kapur dengan rongga sebagai pintu dan langit-langit berbentuk busur untuk dilalui dengan arah timur dan barat. Bagian atas pintu masuk berhiaskan dua tangkai daun yang disilang, sehingga menimbulkan fantasi (efek) stiliran figur wajah dengan mata dan hidung serta rongga pintu sebagai mulut.

Lokasi


Gunongan yang berlokasi di Banda Aceh tepatnya di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman merupakan bukti sejarah Aceh pernah berjaya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Kehidupan masyarakat yang begitu makmur dan tenteram karena pemerintah sangat memperhatikan rakyatnya, sehingga terbentuklah suatu negara yang di kenal dengan Serambi Mekkah dimana masyarakat yang tidak kalah hidup bahagia seperti para raja. Kemakmuran Aceh pada saat itu terkenal hingga ke seluruh dunia, hingga muncul berbagai cobaan yang melanda Aceh hingga akhirnya pemerintahan yang dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda ditaklukkan oleh sekelompok orang-orang yang tamak yang menghancurkan kerajaan demi segenggam emas dan kekayaan yang ada di Aceh hingga Aceh mengalami keruntuhan. Sekarang kita hanya dapat mengenang sejarah yang mana bahwa Aceh dulunya tidak kalah hebat daripada kerajaan yang pernah ada di dunia.




                                                                                        
Share:
Powered by Blogger.

Kunjungi Profil Lengkap Saya