Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Bangunan indah dan megah yang mirip dengan Taj Mahal di India ini terletak tepat di jantung Kota Banda Aceh dan menjadi titik pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam.
Sebagai tempat bersejarah yang memiliki nilai seni
tinggi, Masjid Raya Baiturrahman menjadi objek wisata religi yang mampu membuat
setiap wisatawan yang datang berdecak kagum akan sejarah dan keindahan
arsitekturnya, di mana Masjid Raya Baiturrahman termasuk salah satu Masjid
terindah di Indonesia yang memiliki arsitektur yang memukau, ukiran yang
menarik, halaman yang luas dengan kolam pancuran air.
A. Sejarah
Pada tanggal 26
Maret 1873 Kerajaan Belanda menyatakan perang kepada Kesultanan Aceh, mereka
mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel Van
Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah
pimpinan Johan Harmen
Rudolf Köhler, dan langsung bisa
menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Köhler saat itu membawa 3.198 tentara.
Sebanyak 168 di antaranya para perwira. Namun peperangan pertama ini
dimenangkan oleh pihak Kesultanan Aceh, di mana dalam peristiwa tersebut
tewasnya Jenderal Johan Harmen
Rudolf Köhler yang merupakan
Jenderal besar Belanda akibat ditembak dengan menggunakan senapan oleh seorang
pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya
pada sebuah monumen kecil di bawah Pohon Kelumpang yang berada di dekat pintu
masuk sebelah utara Masjid. Sejarah mencatat bahwa pahlawan-pahlawan
nasional Aceh seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien turut
serta mengambil andil dalam mempertahankan Masjid Raya Baiturrahman.
Bangunan Pertama Masjid Raya Baiturrahman |
Masjid Raya Baiturrahman terbakar habis pada agresi
tentara Belanda kedua pada tanggal 10 April bulan Shafar 1290H/April 1873 M
yang dipimpin oleh Jenderal van Swieten. Pembakaran yang dilakukan oleh pihak
Belanda ini membuat salah seorang putri terbaik Aceh, Cut Nyak Dhien sangat
marah dan berteriak dengan lantang tepat di depan Masjid Raya Baiturrahman yang
sedang terbakar sambil membangkitkan semangat Jihad Fillsabilillah Bangsa Aceh.
“Wahai sekalian mukmin yang bernama orang Aceh! Lihatlah! Saksikan sendiri dengan matamu! Masjid kita dibakarnya! Mereka menentang Allah Subhanahuwataala! Tempatmu beribadah dibinasakannya! Nama Allah dicemarkannya! Camkanlah itu! Janganlah kita melupakan budi si kafir yang serupa itu! Masih adakah orang Aceh yang suka mengampuni dosa si kafir yang serupa itu? Masih adakah orang Aceh yang suka menjadi budak kafir Belanda?” (Szekely Lulofs, 1951:59).
Empat
tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan shafar
1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van Sweiten dan sebagai
permintaan maaf juga untuk meredam kemarahan rakyat Aceh maka Gubernur Jenderal
Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang
telah terbakar itu. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Jenderal
Karel Van Der Heijden selaku gubernur militer Aceh pada waktu itu dan tepat pada
hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang
diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil.
B. Pembangunan dan Perluasan Masjid Pada Masa
Kesultanan
Masjid Raya Baiturrahman ini selesai dibangun
kembali pada tahun 1299 H dengan hanya memiliki satu kubah. Pada tahun 1935 M,
Masjid Raya Baiturrahman diperluas bagian kanan dan kirinya dengan tambahan dua
kubah. Perluasan ini dikerjakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum (B.O.W) dengan
biaya sebanyak F. 35.000,- (tiga puluh lima ribu gulden) dengan pimpinan proyek
Ir. M. Thahir dan selesai dikerjakan pada akhir tahun 1936 M.
Usaha
perluasan dilanjutkan oleh sebuah panitia bersama yaitu Panitia Perluasan
Masjid Raya Kutaraja. Dengan keputusan menteri tanggal 31 Oktober 1975
disetujui pula perluasannya yang kedua dan pelaksanaannya diserahkan pada
pemborong NV. Zein dari Jakarta. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua
buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya
Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam tahun 1967 M.
Masjid Raya Baiturrahman Telah Banyak Melakukan Pembangunan |
Pada tahun 1991-1993, Masjid Raya Baiturrahman
melaksanakan perluasan kembali yang disponsori oleh Gubernur Dr. Ibrahim Hasan,
Sehingga luas ruangan dalam Masjid menjadi 4.760 m2 berlantai marmer buatan Italia, jenis
secara dengan ukuran 60 × 120 cm dan dapat menampug 9.000 jamaah. Dengan perluasan tersebut, Masjid
Raya Baiturrahman memiliki 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk. Sesuai dengan
perkembangan, luas area Masjid Raya Baiturrahman ± 4 Ha.
C. Penampilan Baru Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman memiliki penampilan baru. Dengan
payung-payung elektrik yang menaungi
lantai marmar menggantikan hamparan rumput hijau yang dulunya membalut
sekeliling pekarangan 12 unit payung payung elekterik dengan kolam persegi
panjang sebagai taman di tengahnya menyulap Masjid Raya Baiturrahman layaknya
Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.
Penampilan Masjid Raya Baiturrahman Sekarang |
Pengembangan landsacpe dan infrastuktur itu
telah dijalankan mulai 2015 lalu. Proyek yang dikerjakan PT Waskita Karya di
Kompleks Masjid Ray Baiturrahman tersebut menghabiskan dana tak kurang dari Rp
458 miliar lebih. Direncanakan pembangunan akan rampung pertengahan atau paling
lambat akhir tahun ini.
D. Masjid Raya Baiturrahman Sebagai Tempat Ibadah dan
Wisata Islami Seluruh Dunia
Pengembangan Masjid Raya diharapkan bukan sebatas
tempat ibadah, tapi juga pusat kajian Islam di Aceh dan Indonesia. Selain tentu
saja menjadi destinasi wisata islami yang menarik minat wisatawan dari dalam
dan luar negeri. Menawarkan kenyamanan bagi umat muslim yang ingin beribadah
sekaligus bagi wisataman yang datang.
Oleh
karena itu, pengembangan Masjid Raya bukan hanya untuk orang normal, tapi juga
memiliki tempat wudhu khusus dan fasilitas lainnya yang diperuntukkan bagi
penyandang disabililtas. Pembangunan sarana dan prasana dilakukan mulai dari
membenahi areal parkir, tempat wudhu dan bersuci pria dan wanita di bawah
tanah, hingga penataan taman.Untuk diketahui, pada tahun 2016 lalu Masjid Raya Baiturrahman menyabet predikat ‘Daya Tarik Wisata Terbaik’ dalam Kompetisi Pariwisata Halal Nasional dan Kompetisi Pariwisata Halal Dunia di Abu Dhabi.
Baca Selanjutnya: Sejarah Lonceng Cakra Donya yang Membuat Gentar Musuh
0 comments:
Post a Comment