Wednesday, 5 October 2016

Gunongan : Bukti Kejayaan Aceh Pada Masanya


 Sejarah
             
               Bila India punya Taj Mahal, Thailand ada Prasat Hin Phimai dan Durban dengan Kastil Stratford-nya sebagai simbol cinta kasih, di Banda Aceh ada Gunongan. Gunongan artinya gunung, bangunan berupa gunungan yang dipersembahkan Sultan Iskandar Muda kepada permaisurinya Putri Kamaliah dari Negeri Pahang, Malaysia. Putri Kamaliah atau lebih dikenal dengan Putroe Phang diboyong Sultan Iskandar Muda ke Aceh setelah menaklukkan Pahang, Malaysia. Saking cintanya pada permaisuri dari Pahang, Sultan Iskandar Muda memenuhi permintaan Putroe Phang dan membuatkan baginya taman sari.


         Pada masa itu, pada tahun 1613 dan tahun 1615 melalui penyerangan dengan kekuatan ekspedisi Aceh 20.000 tentara laut dan darat, Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung Utara Melayu. Sebagaimana tradisi pada zaman dahulu, kerajaan yang kalah perang harus menyerahkan glondong pengareng-areng (rampasan perang), upeti dan pajak tahunan. Di samping itu juga harus menyerahkan putri kerajaan untuk diboyong sebagai tanda takluk. Putri boyongan itu biasanya diperistri oleh raja dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan dari kerajaan yang ditaklukkannya, sehingga kerajaan pemenang menjadi semakin besar dan semakin kuat kedudukannya. Penaklukan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung Melayu berpengaruh besar terhadap diri Iskandar Muda. Putri boyongan dari Pahang yang sangat cantik parasnya dan halus budi bahasanya membuat Sultan Iskandar Muda jatuh cinta dan menjadikannya sebagai permaisuri. Demi cintanya yang sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia memenuhi permintaan permaisurinya untuk membangun sebuah taman sari yang sangat indah, lengkap dengan Gunongan sebagai tempat untuk menghibur diri agar kerinduan sang permaisuri pada suasana pegunungan di tempat asalnya terpenuhi.

Bagian-bagian Gunongan     


        Gunongan adalah bagian dari suatu kompleks yang lebih luas, yaitu Taman Ghairah, yang merupakan bagian dari taman istana. Di kompleks ini sekarang hanya tersisa empat buah bangunan, yaitu (1) Gunongan itu sendiri; (2) Leusong (lesung batu) terletak di kaki Gunongan; (3) Kandang, sebuah bangunan empat persegi di bagian utara di arah timur laut sepanjang sungai Krueng Daroy; dan (4) Pinto Khop adalah sebuah pintu gerbang berbentuk kubah yang dulunya menghadap istana dan menghubungkan taman dengan alun-alun istana. Hanya anggota keluarga istana kerajaan yang diizinkan melewati pintu gerbang ini. Adapun detail dari bagian dari Taman Sari Gunongan itu adalah :
1) Gunongan berdiri dengan tinggi 9,5 meter, menggambarkan sebuah bunga yang dibangun dalam tiga tingkat. Tingkat pertama terletak di atas tanah dan tingkat tertinggi bermahkota sebuah tiang berdiri di pusat bangunan. Keseluruhan bentuk Gunongan adalah oktagonal (bersegi delapan). Serambi selatan merupakan lorong masuk yang pendek, tertutup pintu gerbang yang penyangganya sampai ke dalam gunung.

2) Penterana merupakan batu berukir berupa kursi bulat berbentuk kelopak bunga yang sedang mekar dengan lubang cekung di bagian tengah. Kursi batu ini berdiameter 1 m dengan arah hadap ke utara dengan tinggi 50 cm. Sekeliling penterana batu berukir berhiaskan arabesque berbentuk motif jaring atau jala. Penterana batu berukir berfungsi sebagai tahta tempat penobatan sultan.

3)Kandang Baginda merupakan sebuah lokasi pemakaman keluarga sultan Kerajaan Aceh, di antaranya makam Sultan Iskandar Tsani (1636-1641) sebagai menantu Sultan Iskandar Muda (1607-1636) dan istri Sultanah Tajul Alam (1641-1670). Bangunan kandang berupa teras dengan tinggi 2 m dikelilingi oleh tembok dengan ketebalan 45 cm dan lebar 18 m. Bangunan ini dibuat dari bahan bata berspesi kapur serta berdenah persegi empat dengan pintu masuk di sisi selatan.

4) Medan Khairani merupakan sebuah padang luas di sisi barat Taman Ghairah yang pernah dihiasi dengan pasir dan kerikil yang dikenal dengan nama sebutan kersik batu pelinggam. Sebagian besar lahannya kini digunakan sebagai Kerkoff, kompleks makam Belanda yang juga disebut Pocut. Kompleks makam ini digunakan untuk mengubur prajurit Belanda yang gugur dalam Perang Aceh pada tahun 1873-1902.

5) Balai merupakan bangunan yang banyak dibangun di dalam Taman Ghairah. Dalam Bustan as Salatin diuraikan mengenai lima unit balai dengan halaman pada tiap-tiap balai beserta teknik pembangunan dan kelengkapan ragam hiasnya. Balai merupakan bangunan panggung terbuka yang dibangun dari kayu dengan fungsi yang berbeda-beda. Balai-balai tersebut antara lain Balai Kambang tempat peristirahatan, Balai Gading tempat kenduri dilaksanakan, Balai Rekaan Cina tempat peristirahatan yang dibangun oleh ahli bangunan dari Cina, balai keemasan tempat peristirahatan yang dilengkapi dengan pagar keliling dari pasir, dan Balai Kembang Caya. Namun, dari balai-balai yang disebutkan tersebut tidak satu pun yang tersisa.

6) Pinto Khop (Pintu Biram Indrabangsa) secara bebas dapat diartikan sebagai pintu mutiara keindraan atau kedewaan/raja-raja. Di dalam Bustan as Salatin disebut dengan Dewala. Gerbang ini dikenal pula dengan sebutan Pinto Khop, merupakan pintu penghubung antara istana dengan Taman Ghairah. Pintu Khop ini terletak pada sebuah lembah sungai Darul Isyki. Dugaan sementara, tempat ini merupakan tebing yang disebutkan dalam Bustan as Salatin dan bersebelahan dengan sungai tersebut. Dengan adanya perombakan tata kota Banda Aceh dewasa ini, kini pintu tersebut tidak berada dalam satu kompleks dengan Taman Sari Gunongan. Bangunan pintu Khop dibuat dari bahan kapur dengan rongga sebagai pintu dan langit-langit berbentuk busur untuk dilalui dengan arah timur dan barat. Bagian atas pintu masuk berhiaskan dua tangkai daun yang disilang, sehingga menimbulkan fantasi (efek) stiliran figur wajah dengan mata dan hidung serta rongga pintu sebagai mulut.

Lokasi


Gunongan yang berlokasi di Banda Aceh tepatnya di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman merupakan bukti sejarah Aceh pernah berjaya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Kehidupan masyarakat yang begitu makmur dan tenteram karena pemerintah sangat memperhatikan rakyatnya, sehingga terbentuklah suatu negara yang di kenal dengan Serambi Mekkah dimana masyarakat yang tidak kalah hidup bahagia seperti para raja. Kemakmuran Aceh pada saat itu terkenal hingga ke seluruh dunia, hingga muncul berbagai cobaan yang melanda Aceh hingga akhirnya pemerintahan yang dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda ditaklukkan oleh sekelompok orang-orang yang tamak yang menghancurkan kerajaan demi segenggam emas dan kekayaan yang ada di Aceh hingga Aceh mengalami keruntuhan. Sekarang kita hanya dapat mengenang sejarah yang mana bahwa Aceh dulunya tidak kalah hebat daripada kerajaan yang pernah ada di dunia.




                                                                                        
Share:
Location: Banda Aceh, Banda Aceh City, Aceh, Indonesia

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Kunjungi Profil Lengkap Saya