Sekelompok
pemuda yang suka travelling kali ini ingin mendaki ke sebuah puncak gunung yang
begitu jauh perjalanannya, sehingga membutuhkan bekal yang cukup untuk bisa ke
tempat tujuan. Karena waktu yang dibutuhkan ke gunung diperkirakan sekitar satu
minggu, tidak mengherankan jika gunung itu tidak terlalu banyak orang yang
berwisata. Apalagi jalannya hutan belantara dan penuh pendakian jadi menuju
kesana hanya bisa dengan berjalan setapak demi setapak.
Sekilas
dilihat dari namanya Gunoung Peuet Sagoe (Gunung Empat Segi) bukan bentuknya
yang empat segi, gunung tersebut tetap seperti gunung pada umumnya hanya saja
namanya yang unik.
Setelah kesepakatan, tepat pada tanggal
26/01/2014 kami pun berangkat dengan jumlah anggota kurang lebih 27 orang dan
semua anggota yang menjelajah lelaki.
Semua bekal
dan alat maupun barang yang dibutuhkan dipersiapkan, tidak terkecuali tenda.
Karena sebagai tempat penginapan maka tenda barang primer yang wajib ada.
Berhubung kelompok kami tidak ada tenda maka terpal pun jadi sebagai tempat
penginapan kami, dan sesuai perjanjian sebelum berangkat nanti di perjalananan
menuju gunung tenda wajib dibawa bergiliran dan pasti itu sangat melelahkan.
Tapi apapun itu kami tetap ikut, karena travel sejati itu tidak ada kata
menyerah kami mencoba.
Dari 27
orang terbagi ke dalam kelompok. Seperti kami dinamakan kelompok Anggota 10
karena berjumlah 10 orang, dan kelompok kami termuda dari kelompok lainnya nama
kelompok bermacam-macam dan tentunya unik sulit di sebutkan karena menggunakan
bahasa daerah. Walaupun kami ada kelompok masing-masing tetapi rasa kepedulian
satu sama lain tidak hilang dan kekompakan pun tetap ada.
Perjalanan
pun dimulai pada pagi hari menggunakan sepeda motor. Dalam perjalanan
terlihatlah dari jauh bukit-bukit tinggi yang begitu hijau penuh pohon-pohon
rindang yang mungkin dijaga dengan baik oleh masyarakat sekitar, hawa dingin
pun terasa penuh dengan oksigen yang segar dan sawah-sawah yang terbentang luas
sekitar jalan tempat yang terkenal dengan beras enaknya disinilah kami tempat
yang namanya Tangse, Pidie, Aceh.
Kami menempuh perjalanan sekitar
dua jam, dan berhenti untuk shalat zuhur dan makan siang. Dan dilanjutkan lagi
hingga sampai ke kampung terakhir tepat di kecamatan Geumpang dan ke rumah
seseorang sebagai penunjuk arah jalan selama perjalanan. Karena ini baru
pertama kali nya kami mendaki gunoung peuet sagoe, maka dibutuhkan pembawa
jalan yang sudah pernah mendakinya supaya kami tidak tersesat dan terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Pendakian pertama dimulai dengan
menggunakan sepeda motor, kami terus berjuang disini menghindar dari batu-batu
kecil dan besar baik yang berserakan maupun yang tertanam didalam tanah dan
ditambah hujan semakin sulit dalam menaiki puncak tersebut, ini masih
perjalanan paling mendasar tapi begitu sulit. Karena sulit itu bukan pilihan
maka kami pun tetap melanjutkan petualangannya.
Setelah melewati beberapa
kesulitan, terpaksa para penumpang diturunkan termasuk aku yang harus menaiki
puncak yang tinggi dengan jalan bebatuan di tambah hujan dan sambil membawa
terpal sebagai tempat inap anggota kami.
Dan tepat pada waktu magrib kami sampai
di titik peristirahatan pertama yang orang disekitar itu menyebutnya dengan
nama Wee Keubeu (Kandang Kerbau). Tapi sebelum menginap kami pernah melanjutkan
perjalanan menggunakan mobil hunter yang tersedia disana, tapi sayang setelah
berjalan beberapa kilo perjalanan dalam gelapnya malam jalannya tidak bisa
dilewati mobil tersebut dikarenakan terhalang dengan pohon yang tumbang diatas jalan akibat ulah
gajah liar. Kami pun berbalik ketempat semula. Dan setiap kelompok sudah sibuk
mempersiapkan tenda, dapur, ada sebagian yang mencari kayu bakar dan berbagai
macam kegiatan lainnya.
Pagi-pagi sudah terbangun guna
melaksanakan yang wajib dulu lalu mempersiapkan sarapan sebagai energi untuk
terus bisa melanjutkan perjalanan, karena ini masih terlalu jauh kami pun
melanjutkan perjalanan lagi dengan melangkah setapak demi setapak.
Setelah berjalan sekitar beberapa
jam, kami pun memilih untuk beristirahat dulu sambilan menunggu kawan-kawan
yang tertinggal dibelakang. Selama perjalanan ini tidak terlalu sulit
dikarenakan jalannya yang datar tidak ada pendakian, kendala hanya melawan
panas dan agak kelelahan.
Setelah
semua terkumpul, kami pun melanjutkan lagi perjalanannya. Kaki pun tergerakkan
lagi melewati hutan yang penuh dengan tumbuhan sejenis paku yang hijau dan
semak belukar. Orang yang membawa jalan berada didepan dengan parang di tangan
kanannya guna memotong semak belukar yang menghalangi jalan kami.
Setelah
berjalan sekitar satu jam kami pun sampai di tempat yang di namakan SP Satu.
Begitulah orang disana menyebutkannya, SP itu seperti sebuah wilayah pada zaman
dulu yang terdiri atas penduduk yang hidup disana. Tetapi tidak berpenghuni
lagi hanya terdapat beberapa bangunan yang sudah roboh termasuk menasah sebagai
tempat beribadahnya orang disana. Aku tau sedikit informasi yang bahwa SP itu
bukan hanya satu saja tetapi ada SP Empat dan SP Lima hanya saja jarak antara
satu SP dengan SP lain berjauhan dibutuhkan waktu berjam-jam untuk bisa
menemukan SP lainnya.
Jarum
jam sudah menunjukkan angka 11.54 WIB, sesudah melihat-lihat keadaan di SP Satu
perjalanan pun dilanjutkan. Panas yang menyengat sangat terasa di kulit,
masing-masing kami membuka minuman lalu meminumnya. Jalannya mulai ada tanjakan
dan tumbuhan pun semakin banyak menghalangi jalan yang kami tempuh seolah-olah
mereka tidak membiarkan kami melanjutkan perjalanan. Terpal yang di bawa pun
semakin memperberat beban, walaupun begitu kami saling bergantian membawanya.
Terkadang ada juga bekas kaki gajah yang juga melewati jalan yang sedang kami
tempuh, terbukti terdapat fesesnya serta banyak tumbuhan yang sudah patah dan
mati akibat diinjaknya ini memudahkan kami melewati jalannya dikarenakan tidak
perlu di ptong lagi semak belukar yang menghalangi jalan.
Dan
setelah berjalan sekitar empat jam dari SP Satu akhirnya pada pukul 15.52 WIB
tiba juga di tempat peristirahatan kedua yang dinamakan SP Empat. Disinilah
kami bermalam dan melanjutkan perjalanan esok harinya. Kebetulan ada sebuah
bangunan yang sudah hancur dindingnya hanya tersisa puing-puing dan atap yang
masih lumayan bagus bisa dijadikan tempat penginapan.
Setelah
beristirahat sejenak, kami pun mencari sumber air karena itu yang terpenting.
Bekal pun semakin sedikit karena dimanfaatkan pada saat perjalanan pertama hingga sampai di SP Empat termasuk
air. Ternyata mudah air didapat, karena bangunan ini dulunya tempat tinggal
orang pasti ada sumur di sekitarnya, terbukti di belakang bangunan terdapat
sebuah sumur yang bisa dimanfaatkan. Sebelum ditemukannya sumur dibelakang
bangunan, kami satu anggota mengambil air di sebuah parit bisa dibilang begitu
karena tidak terlalu besar airnya pun sedikit, dan perjalanan kesanapun memakan
waktu agak lama.
Tapi
kami harus tetap pergi karena air sangat dibutuhkan untuk segala hal termasuk
memasak. Tugas pun sudah dibagi, sebagian mencuci beras adapula yang mencari
kayu bakar, menyiapkan dapur, mengambil air serta mempersiapkan bahan untuk
memasak kuah dan ikan seperti mengiris bawang dan hal lainnya pokoknya semua
bekerja itulah kami kelompok Anggota 10.
Setelah
semua siap, kami pun makan bersama-sama. Karena malam ini kami menginap,
berarti masih ada kesempatan untuk melihat-lihat tempat yang kami sedang
singgah ini. Aku pun pergi bersama kawan Anggota 10 dalam hutan rimba ini yang
penuh dengan tumbuhan kehijauan, sangat terasa udara yang begitu segar dan
pastinya bebas polusi.
Malam pun
telah tiba. Semua kelompok sibuk mempersiapkan tenda masing-masing. Kami pun
begitu sibuk membuat tenda dari terpal dan akhirnya siap juga yang bisa dihuni
anggota lebih dari 10 oang hebat bukan, tidak sia-sia kami membawanya walaupun
agak merepotkan. Sedangkan anggota lainnya memasak untuk makan malam dan
adapula yang memasak air sebagai minuman kami disaat nongkrong bareng sebelum
tidur dan dikarenakan disinipun suhunya dingin maka minuman panas cocok
menemani malam kami.
Hari ini
tanggal 28/01/2014 berarti kami sudah tiga hari dua malam berada di hutan rimba
ini, dan seperti biasa pagi-pagi kami bangun untuk shalat shubuh berjamaah, pagi
ini sangat terasa dinginnya seumpama es yang mencair. Selesai sudah semua
urusan pada pagi ini, kurang lebih pada pukul 08.00 WIB kami melanjutkan lagi
perjalanan.
Pada saat
melewati jalan kali ini kami menemukan petualangan yang sebenarnya. Seakan-akan
beban yang sedang aku bawa, mau aku buang semua biar agak ringan bebanku
sebegitulah lelahnya perjalanan kali ini. Bagaimana tidak, kami harus melewati
berjam-jam lamanya dan jalannya pun tidak mudah selalu ada pendakian.
Tanjakannya begitu tinggi dan ketika turun pun harus sangat berhati-hati, kami
juga melewati beberapa anak sungai yang memisahkan antara satu bukit dengan
bukit lainnya. Masalah utama bukan sulitnya perjalanan, tetapi bekal kami semakin
sedikit terutama air minum. Ketika kami melewati anak sungai, dengan modal
hanya botol aqua kosong kami mengambil air ditempat tersebut sebagai minuman
kami agar tidak dehidrasi. Begitu lelah dan lapar inilah yang cocok dinamakan
dalam perjalanan yang begitu jauh dan sulit. Apapun mau dimakan asalkan makanan
dan pastinya bisa mengenyangkan perut.
Sudah sekitar tiga jam lebih kami
melewati hutan ini tapi tidak ada tanda-tanda terlihat Gunoung Peuet Sagoe.
Untuk bisa melanjutkan perjalanan lagi kami butuh istirahat sebentar. Semua
cemilan yang dibawa kami keluarkan seperti roti biskuit. Hanya sekali buka
dalam hitungan detik habis semua, karena energi sudah digunakan dalam
perjalanan sebelumnya jadi membutuhkan energi baru untuk bisa melanjutkan
perjalanan lagi.
Kami
melanjutkan perjalanan lagi, walaupun masih harus beristirahat beberapa saat di
beberapa tempat sekitar pukul 17.00 WIB kami sampai ditempat peristirahatan
ketiga dan gunung yang dituju pun sudah tampak terasa begitu dekat. Karena
seharian melakukan perjalanan kami pun memilih untuk menginap ditempat ini.
Semua barang yang dibawa diletakkan di suatu tempat yang mana itu tempat
masing-masing kelompok.
Untuk air
disini gampang karena ada anak sungai, hanya saja untuk mendapatkannya perlu
turun beberapa meter dari tempat penginapan. Pada malamn hari sangat terasa
udara dinginnya lebih dingin ditempat ini dibandingkan di tempat penginapan
sebelumnya SP Empat. Kami pun memakai jaket ditambah lagi sebo serta melilitkan
sarung di leher agar dapat menghangatkan badan. Tidak lupa pula memasak air
untuk membuat kopi karena malam hari memang tradisi kami dalam hal ini. Banyak
pohon serta ranting kayu yang sudah tumbang dan mati sehingga bisa kami
manfaatkan sebagai kayu bakar guna memasak. Terpal pun sudah siap dihuni sangat
bagus untuk dijadikan tenda karena bisa di huni lebih dari sepuluh orang itu
menandakan satu terpal bisa membantu orang banyak dalam penginapan. Terpal yang
kami bawa ini bukan terpal biasa karena bentuknya sudah dibuat sedemikian rupa
sehingga mirip dengan tenda.
Pagi hari
ini tanggal 29/01/2014 begitu cerah, walaupun matahari tidak tampak di depan
mata bisa dilihat dari awan yang putih dan langit biru cerah. Pagi hari ini
malas untuk bangun, suhunya mencekam badan begitu dingin. Apapun yang sudah
kami usahakan untuk menghangatkan tubuh sepertinya sia-sia. Bayangkan saja
minyak goreng yang kami bawa membeku layaknya mentega mungkin lebih keras ini.
Entah berapa derajat celcius suhu disini yang membuat tangan selalu memeluk
badan yang mengigil. Aku pun turun dari pendakian menuju anak sungai guna
membasuh muka. Air yang mengalir disela-sela bebatuan yang banyak terdapat di
anak sungai tersebut begitu dingin, sangat dingin. Seakan dinginnya itu masuk
lewat kulit menembus kedalam tulang. Aku pun tetap melanjutkan membasuh mukaku
walaupun badanku menggigil karena kedinginan. Pemandangan ditempat ini begitu
indah, terdapat banyak pohon yang tumbuh tinggi dan rimbun serta kicauan burung
yang asik terbang berkeliling mencari makanan.
Aku pun
mendaki ketempat penginapan, kulihat anggota kelompok lagi memasak untuk
sarapan pagi ini. Sarapan kali ini telur di goreng serta mie sebagai kuahnya.
Kami menyantap dengan lahap bersama-sama dengan ramai begini makan pun jadi lahap
dan bersemangat.
Setelah
semua beres, kami menuju ke anak sungai untuk mandi dan mencoba dinginnya air
di tempat ini. Begitu segar. Sangat cocok ketempat ini lagi panas-panas guna
mendapatkan kesegaran baru.
Setelah
semua berkumpul ditempat penginapan sekitar pukul 09.00 WIB diberitakan kepada
kami semua yang bahwa semua anggota harus pulang hari ini, alasannya bekal
tidak cukup takutnya cukup bekal sampai ketempat tujuan dan tidak mencukupi
nanti disaat pulang karena perjalanan masih jauh mungkin ada penginapan lagi.
Mendengar hal itu tidak sedikit
orang yang kecewa, padahal kami sudah berusaha sejauh ini tetapi harus pulang
tanpa melihat indahnya pemandangan di Gunoung Peuet Sagoe. Tapi kami tidak bisa
melakukan apa-apa hanya mematuhi apa yang di katakan pemimpin jalan kepada kami
karena bekal pun sangat dibutuhkan dalam perjalanan tanpa itu kami bisa saja
mati kelaparan ataupun bisa kehausan didalam hutan rimba ini. Tapi kami
berjanji akan kembali lagi ketempat ini sampai tujuan ke Gunoeng Peuet Sagoe
dengan bekal yang cukup.
Semua barang serta peralatan yang
dibawa dimasukkan kedalam ransel masing-masing. Dan setelah siap semua kami pun
berbalik arah untuk pulang. Disaat perjalanan pulang kami tidak lagi merasa
kesulitan walaupun masih ada pendakian karena arah jalan sudah teringat tinggal
berjalan setapak demi setapak.
Kami menempuh perjalanan seharian
dan tiba akhirnya di tempat penginapan terakhir sekaligus penginapan semula SP
Empat sekitar pukul 16.30 WIB. Disinilah tempat penginapan terakhir kami
sebelum kami pulang.
Karena kelelahan seharian
berjalan tidurpun begitu nyenyak. Semua anggota kelompok kami tertidur di dalam
tenda yang kami ikatkan kesatu tiang ketiang lainnya yang terdapat di bangunan
roboh disana.
Hari ini tanggal 30/01/2014 yang
berarti sudah lima hari kami hidup didalam hutan rimba ini dengan bekal
berkecukupan dan waktu pulang pun tiba. Pagi-pagi sudah dibangunkan untuk
bersiap-siap pulang. Setelah semua urusan selesai sekitar pukul 08.00 WIB kami
melanjutkan perjalanan pulang. Setelah melewati berbagai keadaan jalan ada yang
mendaki, berjalan lewat semak belukar, dan setelah beristirahat sejenak di
beberapa tempat kami pun tiba di tempat penginap pertama dan melanjutkan
perjalanan dengan sepeda motor yang sudah menunggu selama lima hari lamanya.
Pada pukul 14.00 WIB kami semua sampai di kampung Geumpang, dan singgah ke
rumah orang yang membawa arah jalan sebagai ucapan terimakasih dan meminta izin
untuk pulang. Yang tidak beres pun dibereskan di kampung ini seperti ban bocor
dan juga rantai honda yang terputus tidak bisa tersambung lagi.
Setelah
semua siap, kami berangkat pulang ke kampung halaman. Selama dalam perjalanan
ada di beberapa tempat yang kami singgah untuk melihat-lihat. Walaupun Gunoung Peuet Sagoe tidak
tercapai selama lima hari perjalanan kami tidak merasa putus asa karena dalam
hal ini banyak pengalaman dan pelajaran baru yang kami dapatkan, baik itu
kekompakan, kepedulian, kebahagiaan, kesulitan, rintangan semua yang mungkin
tidak aku sebutkan ada kami rasakan disini. Kami adalah pemuda yang memilih
berpetualang yang susah dan sulit untuk dijangkau karena ingin mendapatkan hal
seperti itu dan yang penting bukan hanya sekedar berfoto.
Kami pun
mengucap selamat tinggal Gunoung Peuet Sagou untuk sementara waktu, karena
perjalanan kami menuju ketempat mu tidak berakhir hari ini. Kami akan
melanjutkan lagi dengan bekal yang cukup dan waktu yang tepat. Hari itu pasti
akan tiba, tunggu saja. (Ronny)