Wednesday, 15 November 2017

UNSYIAH TERUSLAH MAJU DEMI BANGSAMU

SEJARAH SINGKAT UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Gedung Birokrat Unsyiah

Tepat pada tanggal 2 september 2017 lalu, Universitas Syiah Kuala memperingati Dies Natalis yang ke-56. Dies Natalis adalah suatu peringatan atas hari lahir yang di dalam sejumlah besar budaya dianggap sebagai peristiwa penting yang menandai awal perjalanan kehidupan. Umumnya penyebutan Dies Natalis kebanyakan di kalangan Organisasi atau Perguruan Tinggi. Syiah Kuala merupakan nama yang diberikan untuk kampus jantong hate rakyat Aceh, nama seorang ulama Aceh sekaligus ulama Nusantara terkemuka dengan nama lengkapnya Tengku Abdur Rauf As Singkili, kehidupan beliau pada abad XVI. Beliau sangat terkenal di bidang ilmu hukum maupun keagamaan.

Sejarah Dies Natalis Universitas Syiah Kuala yang akrab disebut Unsyiah ini, dimulai pada tanggal 2 september 1959. Dimana Presiden pertama Negara Republik Indonesia Dr. Ir. H. Soekarno datang ke negeri Serambi Mekkah untuk peresmian Kota Pelajar Mahasiswa Darussalam diiringi pembukaan selubung Tugu Darussalam dan  peresmian pembukaan fakultas pertama dari Universitas Syiah Kuala, yaitu Fakultas Ekonomi. Mengingat bangkitnya kembali pendidikan di Nanggroe Aceh Darussalam, ditetapkan setiap tanggal 2 September merupakan hari Pendidikan Daerah Aceh yang diperingati setiap tahun oleh rakyat Aceh.

Awal muka terbentuk Universitas Syiah Kuala yang dimulai dari fakultas Ekonomi, dilanjutkan dengan pembentukan Fakultas Kedokteran Hewan dan Ilmu Peternakan pada tahun 1960. Universitas Syiah Kuala sebagai sebuah universitas secara resmi baru dinyatakan pada tanggal 21 Juni 1961 melalui SK menteri PTIP No. 11 Tahun 1961 dan pengesahannya melalui Keputusan Presiden No. 161 tanggal 24 April tahun 1962. Bersamaan dengan SK pembukaan Universitas Syiah Kuala maka dibuka pula Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat. Setelah resmi menjadi Universitas, Unsyiah melakukan beberapa pengembangan termasuk pendirian Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran dan fakultas MIPA.

Disamping 8 buah Fakultas dengan jenjang Strata 1 tersebut, hingga saat ini Universitas Syiah Kuala telah memilki program profesi untuk dokter dan dokter hewan, program diploma 3 (D-III) Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, fakultas MIPA, program diploma 2 (D-II PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program S1 Ekstensi Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik,  Fakultas Pertanian dan KIP. Selain itu, Universitas Syiah Kuala juga telah membuka program Pasca Sarjana (PPs) Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), Magister Manajemen (MM), Konservasi Sumber Daya Lahan (KSDL), Manajemen Pendidikan (MPd), Magister Teknik (MT), Magister Ilmu Akutansi (M.Si) dan Magister Pendidikan Bahasa (M.Pd). Pada tahun ajaran 1998/1999, Universitas Syiah Kuala telah menerima mahasiswa baru untuk Program Doktor (S3) dalam bidang ilmu ekonomi.

Sejak didirikan, Universitas Syiah Kuala berturut-turut dipimpin oleh Kolonel M. Jasin dengan sebutan Pj. Presiden, Drs. Marzuki Nyak Man dengan sebutan ketua Presidium, Drs. Madjid Ibrahim sebagai Rektor, seterusnya Prof. Dr. Ibrahim Hasan, MBA., Prof. Dr. Abdullah Ali, M.Sc., Dr. M. Ali Basyah Amin, MA., Prof. Dr. Dayan Dawood, MA., Prof. Dr. Ir. Abdi A. Wahab, M.Sc., Prof. Dr. Darni M Daud, M dan kini Unsyiah berada dibawah pimpinan Prof. Dr. Samsul Rizal, M. Eng.

VISI MISI DALAM MENCAPAI TARGET


Universitas Syiah Kuala merupakan wujud dari keinginan rakyat Aceh untuk memiliki sebuah lembaga pendidikan tinggi negeri, yang pada akhirnya terbentuk sesuai harapan dan keinginan semua orang. Bukan saja rakyat Aceh yang menginginkan adanya Unsyiah di bumi Aceh tetapi untuk setiap orang yang merasa betapa pentingnya pendidikan dalam sebuah Negeri guna menghasilkan orang-orang cerdas, terampil, dan berkarakter demi untuk memajukan Negeri Aceh khususnya dan Indonesia umumnya.

Untuk mencapai hasil yang sudah di targetkan, Unsyiah mempunyai Visi dan Misi dalam mencapai keberhasilan. Target Unsyiah pada tahun 2025 tercapainya persaingan kompetitif pada tingkat global. Untuk mencapai target tersebut perlu kerja keras dari sekarang, berawal dari pembangunan penguatan pelayanan di bidang akademik. Setelah kebutuhan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan menjadi optimal, langkah selanjutnya yang di lakukan Unsyiah adalah meningkatkan mutu pendidikan agar lebih berkualitas dan meningkatkan daya saing. Semua yang di lakukan ini untuk menghasilkan lulusan yang cerdas, terampil, dan berkarakter dan juga menghindari kegagalan dalam menciptakan mutu pendidikan yang hasilnya nanti akan mencetak angka pengangguran baru. Oleh karena itu, lulusan Unsyiah di harapkan mampu menggerakkan perekonomian serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setiap tahun Unsyiah melepas ribuan sarjana, tetapi sejauh ini masih banyak lulusan yang menjadi pengangguran. Ini merupakan masalah serius dan perlu adanya peningkatan kemampuan dan kemauan lulusan Unsyiah untuk menciptakan lapangan kerja. Dalam hal ini Unsyiah menggerakkan mahasiswa melalui peningkatan kreativitas, daya juang, dan kewirausahaan.

Zaman terus maju sejalan dengan arus globalisasi, Unsyiah harus siap untuk menghadapi persaingan global.  Dan juga perlu memikirkan masa depan. Bagaimana kehidupan Nanggroe Aceh Darussalam di masa akan datang. Unsyiah harus mampu mencapai Visi dan Misi serta mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang mempunyai daya saing tingkat global. Karena keinginan setiap masyarakat Aceh adalah kemajuan Negeri tercintanya. Harapan setiap masyarakat Aceh dengan adanya Universitas Syiah Kuala serta Perguruan Tinggi lain yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam, dapat mengembalikan kemajuan dan ketenaran bumi Serambi Mekkah yang dulunya pernah berjaya tingkat dunia. Unsyiah merupakan kebanggaan dan jantong hate rakyat Aceh, lakukanlah yang terbaik untuk rakyatmu, berikan pendidikan yang optimal serta peningkatan sarana dan prasarana untuk melahirkan generasi masa depan yang mampu membawa Negeri Aceh lebih baik dan mampu bersaing tingkat global. (Sumber : RENSTRA UNSYIAH)
           

           
           






Share:

Thursday, 20 April 2017

MASJID RAYA BAITURRAHMAN Sebagai LANDMARKNYA ACEH


Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Bangunan indah dan megah yang mirip dengan Taj Mahal di India ini terletak tepat di jantung Kota Banda Aceh dan menjadi titik pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam.


Sebagai tempat bersejarah yang memiliki nilai seni tinggi, Masjid Raya Baiturrahman menjadi objek wisata religi yang mampu membuat setiap wisatawan yang datang berdecak kagum akan sejarah dan keindahan arsitekturnya, di mana Masjid Raya Baiturrahman termasuk salah satu Masjid terindah di Indonesia yang memiliki arsitektur yang memukau, ukiran yang menarik, halaman yang luas dengan kolam pancuran air.

A. Sejarah
Pada tanggal  26 Maret 1873 Kerajaan Belanda menyatakan perang kepada Kesultanan Aceh, mereka mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel Van Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Köhler saat itu membawa 3.198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya para perwira. Namun peperangan pertama ini dimenangkan oleh pihak Kesultanan Aceh, di mana dalam peristiwa tersebut tewasnya Jenderal Johan Harmen Rudolf Köhler yang merupakan Jenderal besar Belanda akibat ditembak dengan menggunakan senapan oleh seorang pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monumen kecil di bawah Pohon Kelumpang yang berada di dekat pintu masuk sebelah utara Masjid. Sejarah mencatat bahwa pahlawan-pahlawan nasional Aceh seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien turut serta mengambil andil dalam mempertahankan Masjid Raya Baiturrahman.


Bangunan Pertama Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman terbakar habis pada agresi tentara Belanda kedua pada tanggal 10 April bulan Shafar 1290H/April 1873 M yang dipimpin oleh Jenderal van Swieten. Pembakaran yang dilakukan oleh pihak Belanda ini membuat salah seorang putri terbaik Aceh, Cut Nyak Dhien sangat marah dan berteriak dengan lantang tepat di depan Masjid Raya Baiturrahman yang sedang terbakar sambil membangkitkan semangat Jihad Fillsabilillah Bangsa Aceh.
           
“Wahai sekalian mukmin yang bernama orang Aceh! Lihatlah! Saksikan sendiri dengan matamu! Masjid kita dibakarnya! Mereka menentang Allah Subhanahuwataala! Tempatmu beribadah dibinasakannya! Nama Allah dicemarkannya! Camkanlah itu! Janganlah kita melupakan budi si kafir yang serupa itu! Masih adakah orang Aceh yang suka mengampuni dosa si kafir yang serupa itu? Masih adakah orang Aceh yang suka menjadi budak kafir Belanda?” (Szekely Lulofs, 1951:59).

Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van Sweiten dan sebagai permintaan maaf juga untuk meredam kemarahan rakyat Aceh maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Jenderal Karel Van Der Heijden selaku gubernur militer Aceh pada waktu itu dan tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil.

B. Pembangunan dan Perluasan Masjid Pada Masa Kesultanan
Masjid Raya Baiturrahman ini selesai dibangun kembali pada tahun 1299 H dengan hanya memiliki satu kubah. Pada tahun 1935 M, Masjid Raya Baiturrahman diperluas bagian kanan dan kirinya dengan tambahan dua kubah. Perluasan ini dikerjakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum (B.O.W) dengan biaya sebanyak F. 35.000,- (tiga puluh lima ribu gulden) dengan pimpinan proyek Ir. M. Thahir dan selesai dikerjakan pada akhir tahun 1936 M.

Usaha perluasan dilanjutkan oleh sebuah panitia bersama yaitu Panitia Perluasan Masjid Raya Kutaraja. Dengan keputusan menteri tanggal 31 Oktober 1975 disetujui pula perluasannya yang kedua dan pelaksanaannya diserahkan pada pemborong NV. Zein dari Jakarta. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam tahun 1967 M.

Masjid Raya Baiturrahman Telah Banyak Melakukan Pembangunan

Pada tahun 1991-1993, Masjid Raya Baiturrahman melaksanakan perluasan kembali yang disponsori oleh Gubernur Dr. Ibrahim Hasan, Sehingga luas ruangan dalam Masjid menjadi  4.760 m2 berlantai marmer buatan Italia, jenis secara dengan ukuran 60 × 120 cm dan dapat menampug  9.000 jamaah. Dengan perluasan tersebut, Masjid Raya Baiturrahman memiliki 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk. Sesuai dengan perkembangan, luas area Masjid Raya Baiturrahman ± 4 Ha.

C. Penampilan Baru Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman memiliki penampilan baru. Dengan  payung-payung elektrik yang menaungi lantai marmar menggantikan hamparan rumput hijau yang dulunya membalut sekeliling pekarangan 12 unit payung payung elekterik dengan kolam persegi panjang sebagai taman di tengahnya menyulap Masjid Raya Baiturrahman layaknya Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. 

Penampilan Masjid Raya Baiturrahman Sekarang

            
Pengembangan landsacpe dan infrastuktur itu telah dijalankan mulai 2015 lalu. Proyek yang dikerjakan PT Waskita Karya di Kompleks Masjid Ray Baiturrahman tersebut menghabiskan dana tak kurang dari Rp 458 miliar lebih. Direncanakan pembangunan akan rampung pertengahan atau paling lambat akhir tahun ini.

D. Masjid Raya Baiturrahman Sebagai Tempat Ibadah dan Wisata Islami Seluruh Dunia
Pengembangan Masjid Raya diharapkan bukan sebatas tempat ibadah, tapi juga pusat kajian Islam di Aceh dan Indonesia. Selain tentu saja menjadi destinasi wisata islami yang menarik minat wisatawan dari dalam dan luar negeri. Menawarkan kenyamanan bagi umat muslim yang ingin beribadah sekaligus bagi wisataman yang datang.
Oleh karena itu, pengembangan Masjid Raya bukan hanya untuk orang normal, tapi juga memiliki tempat wudhu khusus dan fasilitas lainnya yang diperuntukkan bagi penyandang disabililtas. Pembangunan sarana dan prasana dilakukan mulai dari membenahi areal parkir, tempat wudhu dan bersuci pria dan wanita di bawah tanah, hingga penataan taman.

Untuk diketahui, pada tahun 2016 lalu Masjid Raya Baiturrahman menyabet predikat ‘Daya Tarik Wisata Terbaik’ dalam Kompetisi Pariwisata Halal Nasional dan Kompetisi Pariwisata Halal Dunia di Abu Dhabi
.

Baca Selanjutnya: Sejarah Lonceng Cakra Donya yang Membuat Gentar Musuh



Share:

Saturday, 8 April 2017

>>Lanjutan: Kreatifitas Tanpa Batas di Pustaka Unsyiah

Tenang, nyaman, tanpa kegaduhan jauh dari kebisingan tempatnya di Pustaka. Apalagi membuat tugas seperti laporan, membaca untuk ujian ini memerlukan fokus yang benar-benar fokus supaya tidak terganggu dengan hal lain seperti kegaduhan. Perlu sedikit hiburan, ngopi sambilan diskusi, internetan, belanja pernak-pernik made in mahasiswa bisa ke Pustaka Unsyiah.
            
5. Ngopi dan Wi-fian di Pustaka
Perpustakaan unsyiah ini merupakan pusat perkumpulan mahasiswa serta para dosen siang maupun malam. Mahasiswa setiap saat memenuhi gedung tiga lantai ini. Mereka tidak sekedar membuat tugas maupun membaca di pustaka, akan tetapi mereka berdiskusi sambil ngopi di libricafe lantai satu pustaka. Untuk Perpustakaan, Unsyiah telah bekerja sama dengan Coffee Cho guna untuk membuat mahasiswa yang datang ke pustaka tidak jenuh dengan keheningan, mereka juga bisa berdiskusi layaknya di Warung Kopi yang di Aceh warung kopi merupakan tempat paling banyak kaum muda-mudi kunjungi. Coffee Cho menyediakan banyak varian minuman diantaranya espresso, americano, cappucino, latte, chocolate. 


Libri Caffe
 (Sumber : Pribadi)



6. Berbelanja di Pustaka
Tidak jauh dari tangga di lantai satu ada Library Gift ala mahasiswa unsyiah. Barang-barang yang diperjual belikan seperti baju, tas, lukisan, gantungan, mug, gelas, dan barang lainnya yang terukir dan tergambar dengan nama Unsyiah. Pojok bangunan yang mulai digunakan pada April 2011 ini adalah hasil kerja sama UPT. Perpustakaan Unsyiah dengan Center For Creative Industry of Syiah Kuala University (CCIS). Sebuah wadah untuk industri di Unsyiah bagi mahasiswa yang ingin memperkenalkan hasil karya produknya. Semua dipajang untuk mendapatkan rupiah dari pengunjung pustaka. Selain mendapatkan rupiah, tujuan lain untuk meningkatkan kekreatifan mahasiswa. Mahasiswa bebas berkreatifitas dengan keahlian yang dimiliki. Ditempat Library Gift ini semua mahasiswa bisa berkarya serta berkreatif sebisa mungkin.     


Library Gift
(Sumber : Pribadi)
  
7. Suasana Negeri Ginseng Ada di Pustaka
Sekarang, dimana-mana pada demam drama korea. Tidak hanya dramanya saja, semua yang berbau korea turut disukai muda-mudi Indonesia terutama kaum hawa. Dilantai tiga pustaka unsyiah menyediakan semua koleksi yang berhubungan dengan negeri ginseng tersebut yang bertema “Korea Corner”. Adapun koleksi yang disediakan berupa pakaian tradisional, poster, buku berbahasa korea serta alat-alat musik. Para pengunjung bisa merasakan suasana ala Korea Selatan di pustaka, mereka bisa berfoto dengan memakai pakaian tradisional korea. Ruang yang didirikan tahun 2011 tersebut adalah hasil kerja sama antara Universitas Syiah Kuala dengan Kementrian Kebudayaan Korea.     



Korea Corner
(Sumber : Pribadi)


8. Mengadakan Ajang Penghargaan
Pada tahun 2016 Pustaka Unsyiah pertama kali mengadakan Unsyiah Library Fiesta (ULF), dimana kegiatan ini melibatkan seluruh mahasiswa Unsyiah sebagai panitia penyelenggara. Kegiatan ini sebagai apresiasi penghargaan kepada para pengunjung dengan nominasi peminjam buku terbanyak, pemustaka serta volunteer terfavorit, pemilihan duta baca serta ada juga diikutsertakan beberapa lomba seperti, lomba blogger dan lomba video. Tujuan diadakannya kegiatan ini untuk membangkitkan semangat para pengunjung untuk tetap semangat berkunjung ke pustaka dan  untuk pustakawan terus meningkatkan pelayanan yang lebih optimal. 

Award Pustakawan Terbaik 2016
(Sumber : http://library.unsyiah.ac.id/tim-pelayanan-prima-tetapkan-tiga-pustakawan-terbaik/)

Sumber : (http://www.bundanameera.com/2017/04/cari-perpustakaan-ideal-ingat-UNSYIAH.html)


9. Buka Siang dan Malam
Bagi yang kesehariannya sibuk dengan kuliah dan tidak ada waktu ke pustaka, tidak pelu risau sekarang Pustaka Unsyiah lebih banyak membuka daripada menutup. Pelayanan pustaka terbuka siang serta malam dan di hari minggu pun ikut membuka. Pelayanan tambahan pada hari Senin dan Jumat jam 17.00 sd 23.00, hari Sabtu jam 09.00 sd 18.30 dan hari minggu pada jam 14.00 sd 18.30, merupakan program khusus Perpustakaan Unsyiah untuk memberikan kemudahan bagi civitas untuk mendapatkan layanan. Dibuatnya jadwal malam di pustaka unsyiah, karena banyaknya mahasiswa yang tidak sempat ke pustaka pada siang hari dikarenakan jadwal kuliah yang padat dan masuk lab. Untuk meratakan pelayanan pustaka ke semua mahasiswa unsyiah dibuatlah ketentuan baru dengan adanya dibuka jadwal malam serta hari minngu.


Beberapa hal yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan semangatnya kepala UPT. Perpustakaan Unsyiah untuk meningkatkan kemajuan pustaka dan juga ide-ide kreatif pustakawan serta masukan dari para pengunjung untuk pustaka yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan juga dalam meningkatkan kemajuannya, pustaka unsyiah mendapatkan dukungan penuh dari biro rektor. Walaupun sudah berstandar Pustaka Internasional improvement tetap diperlukan untuk mempertahankan apa yang telah diraihnya serta memperbaiki kekurangan yang ada untuk lebih baik lagi, sehingga pengunjung tidak hanya dari akademik unsyiah tetapi juga dari luar provinsi dan luar negeri yang khusus ingin berkunjung ke pustaka melihat keistimewaan apa yang dimiliki sehingga bisa membuat orang terus berkunjung. Pustaka unsyiah pun telah menerima beberapa kunjungan dari luar negeri, ini merupakan suatu kebanggaan dan kami mahasiswa berharap pustaka unsyiah bisa lebih maju lagi dan mampu bersaing dengan pustaka-pustaka terbaik lainnya.


Lantai 1 Pustaka Unsyiah
(Sumber : Pribadi)

Lantai 2 Pustaka Unsyiah
(Sumber : Pribadi)

Lantai 3 Pustaka Unsyiah
(Sumber : Pribadi)


Sumber Referensi :
http://library.unsyiah.ac.id/jalin-kontrak-kerjasama-dengan-pustaka-unsyiah-coffee-cho-jadi-gebrakan-baru/
http://library.unsyiah.ac.id/menikmati-suasana-negeri-ginseng-di-korea-corner/
http://library.unsyiah.ac.id/layanan-malam/




Share:

Friday, 7 April 2017

Kreatifitas Tanpa Batas di Pustaka Unsyiah

Tidak semua orang suka dengan perpustakaan. Ya, perpustakaan itu terpikir oleh masyarakat umum sebagai tempat yang dipenuhi dengan koleksi-koleksi buku maupun majalah yang berjejer di atas raknya. Tapi pemikiran seperti itu ada benarnya untuk sebagian pustaka. Tapi, gambaran masyarakat umum tersebut tidaklah berlaku untuk pustaka yang satu ini. Perpustakaan Universitas Syiah Kuala. Pustaka yang telah berdiri selama 47 tahun ini begitu berbeda. Bagaimana tidak, selama bertahun-tahun pustaka unsyiah terus berbenah untuk menjadi pustaka yang terbaik dan dibanggakan. Apa yang telah dilakukannya pun berbuah hasil salah satunya mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008 pada tahun 2015 silam.
            

1. Terbuka Untuk Umum
Pustaka unsyiah terbuka untuk umum bagi siapapun yang ingin berkunjung. Tua maupun muda silakan masuk ke perpustakaan ini tidak ada larangan asal punya identitas apapun itu seperti ktm dan ktp. Ada dua cara kunjungan untuk umum, yaitu kunjungan keanggotaaan dimana untuk menjadi anggota pustaka tetap, harus mendaftarkan diri di tempat sirkulasi dengan beberapa syarat. Setelah melengkapi syarat yang diajukan, maka telah resmilah menjadi anggota dan ketentuan aturan di pustaka sudah seperti diberlakukan untuk mahasiswa civitas akademik. Selanjutnya ada kunjungan bebas, bebas masuk ke pustaka unsyiah tapi membayar iuran sebesar Rp 5000,00. Pembayaran dilakukan sekali dan dalam sehari bisa masuk beberapa kali tidak ada pembayaran lagi, dan harus diingat ini hanya berlaku sehari dan untuk hari berikutnya membayar lagi. Ini hanya sekedar berkunjung untuk menikmati pra sarana yang telah disediakan pustaka, tapi untuk meminjam buku tidak bisa dikarena kan belum menjadi anggota. Dan untuk masuk kedalam pustaka gratis bagi mahasiswa civitas akademik yaitu mahasiswa unsyiah sendiri mereka hanya masuk menggunakan ktm itu saja. Sebenarnya mahasiswa unsyiah juga membayar untuk masuk ke pustaka, dengan dipotongnya uang spp mereka 1% untuk perpustakaan. Mereka yang civitas akademik terlihat  gratis, tetapi telah membayar sebelumnya.

Mahasiwa Memperlihatkan Identitas Diri Untuk Masuk Kedalam Pustaka
(Sumber : Pribadi)


2. Mahasiswa Bebas Berkreasi         
Didalam perpustakaan terdapat segala kegiatan, disini tidak hanya para pustakawan yang bekerja, mahasiswa juga ikut berpartisipasi didalam pustaka. Salah satunya kegiatan yang diadakan seminggu sekali pada hari Rabu yaitu Relax and Easy. Relax and Easy sudah menjadi pogram yang di tunggu-tunggu oleh para pengunjung, dimana setiap Rabu siang, dilantai 1 para pengunjung disuguhkan dengan berbagai kreativitas yang disalurkan langsung oleh mahasiswa, seperti musik akustik, teatrikat, maupun talkshow. Pustaka juga mengadakan kelas literasi informasi. Ini merupakan pelatihan untuk dosen, mahsiswa serta karyawan pustaka untuk mengetahui segala hal mengenai informasi yang dibutuhkan, mengevaluasi serta menggunakan melalui sumber-sumber yang dikelola oleh Perpustakaan Universitas Syiah Kuala baik berbentuk cetak maupun digital (online). Kelas literatur informasi diadakan dalam seminggu dua kali. Kelas ini terbuka untuk umum dan gratis.

Penampilan Baru Realax and Easy
(Sumber : Pribadi)


3. Koleksi Buku, Jurnal, Karya Ilmiah serta ETD Lengkap
Umumnya orang-orang ke Perpustakaan hanya ingin mencari buku sebagai literarur untuk membuat tugas ataupun sekedar membaca. Perpustakaan Unsyiah menyediakan semua buku. Pada tahun 2014 koleksi buku di pustaka unsyiah sebanyak 74985. Total eksemplar dalam koleksi sebanyak 133664 dengan total mahasiswa yang terdaftar saat itu 10267 anggota. Jadi bisa anda bayangkan, bagaimana anda mendapatkan satu buku dalam kumpulan buku sebanyak itu ? itu sangat mudah dilakukan di pustaka unsyiah. Disetiap lantai pustaka menyediakan satu komputer untuk mencari buku yang diinginkan. Pengunjung hanya perlu menulis nama buku maupun nama pengarang yang ingin di cari didalam katalog yang telah disediakan. Dan terlihatlah di rak mana buku itu berada.

Penampilan Baru Lantai I Pustaka 
(Sumber : Pribadi)
4. Mandiri
Perpustakaan kebanggaan Unsyiah mempunyai sikap kemandirian yang telah sukses diterapkan, sikap kemandirian tersebut diterapkan juga bagi pengunjungnya. Misalnya saja dalam hal meminjam buku, mahasiswa yang ingin meminjam buku hanya perlu ke tempat peminjaman mandiri dan membawa ktm sebagai identitas si peminjam. Tidak ada lagi pelayanan pinjam-meminjam dan pengembalian dipustaka. Bagian sirkulasi hanya melayani permasalahan lain dipustaka, seperti keterlambatan pengembalian. Dan bagi mahasiswa non civitas akademik harus mendaftar dulu di bagian sirkulasi untuk bisa meminjam buku. Untuk memperpanjang buku yang dipinjampun mahasiswa tidak perlu repot datang ke pustaka, hanya perlu mendonwload aplikasi uilis mobile di playstore. Salah satu kegunaan aplikasi ini untuk memperpanjang buku yang dipinjam. Jika masa pengembalian sudah tiba dan ingin memperpanjang masa pinjam buku, si peminjam hanya perlu membuka uilis mobile dengan beberapa klik sambil bersantai.

Peminjaman Mandiri
(Sumber : Pribadi)

Penampilan Baru Bagian Sirkulasi
(Sumber : Pribadi)

Aplikasi Uilis Mobile
(Sumber : Pribadi)


Yang telah dijelaskan itu baru sebagian dari apa yang terdapat di dalam pustaka bersertifikat ISO tersebut, masih ada beberapa hal yang setidaknya perlu diketahui terlebih dahulu sebelum mengunjungi pustaka unsyiah. 
Baca : Tulisan Berikutnya

Sumber Referensi :


Share:

Wednesday, 1 March 2017

Sejarah Lonceng Cakra Donya Aceh yang Membuat Gentar Para Musuh

Aceh sebagai sebuah bangsa yang sangat terbuka bagi pendatang, sudah dibuktikan sejak ratusan tahun silam. Lonceng Cakra Donya yang saat ini tersimpan baik di Museum Aceh, menjadi ingatan bahwa Aceh sebagai sebuah bangsa yang berperadaban dan telah menjalin persahabatan dengan Tiongkok sejak abad ke-15 silam.

Laksamana Cheng Ho telah mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai pada 1414 Masehi, pada muhibah keempatnya, dia memberi lonceng raksasa "Cakradonya" sebagai hadiah Kaisar Yongle, penguasa Tiongkok, kepada Sultan Samudra Pasai.



Sejarah
Cakra Donya adalah lonceng yang berupa mahkota besi berbentuk stupa buatan China pada tahun 1409 M, dengan tinggi 125 cm dan lebar 75 cm. Cakra berarti poros kereta, lambang-lambang Wishnu, cakrawala atau matahari. Sedangkan Donya berarti dunia. Pada bagian luar Cakra Donya terdapat hiasan dari simbol-simbol aksara China dan Arab. Aksara China bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Yat kat Tjo, sedangkan aksara Arab tidak dapat dibaca lagi karena telah aus. 

        
Lonceng ini dikenal sebagai bagian dari jejak sejarah kedatangan warga Tiongkok ke Nusantara. Lonceng ini merupakan hadiah dari Kaisar Yongle penguasa Tiongkok kepada Kerajaan Samudera Pasai. Lonceng dibawa ke Aceh oleh Laksamana Cheng Ho sekira 1414 M, sebagai simbol persahabatan kedua negara.
               
Pasai kala itu dikenal sebagai negeri yang makmur dan terbuka. Banyak pedagang-pedagang dari Timur Tengah dan Gujarat India datang untuk berbisnis dan menyebarkan Islam. Pasai juga mengekspor rempah-rempah ke berbagai Negara, salah satunya Tiongkok.
           
Kerajaan Pasai kemudian berhasil ditakluk Kerajaan Aceh Darussalam pimpinan Sultan Ali Mughayatsyah pada 1542 M. Lonceng ini disita dan diboyong ke Koetaradja (Banda Aceh sekarang), pusat Kerajaan Aceh Darussalam.
            
Lonceng ini sempat digunakan dalam Kapal Perang Kesultanan Aceh masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Kapal itu bernama Cakra Donya, mampu menampung 800 prajurit. Cakra Donya ditempatkan bagian buritan depan kapal.
          
Dalam Kapal Cakra Donya, menurut riwayat, ada tiga lonceng; lonceng di depan kapal bernama Akidato Umoe (Berita Kejadian), di tengah ada lonceng Khasiru Khairan (Berita Balik) dan di ekor kapal terdapat lonceng Tulak Mara (Penolak Bencana).
            
Lonceng-lonceng itu digunakan sebagai pemberi aba-aba dalam perang. Portugis sering kesulitan menaklukkan pasukan Aceh. Karena kagum dengan kekuatan armada perang Aceh, Portugis menyebut Kapal Cakra Donya sebagai Espanto del Mundo artinya ‘Teror Dunia’.
            
Setelah tak digunakan di kapal, lonceng Cakra Donya sempat digantung di depan Masjid Raya Baiturrahman yang saat itu masuk dalam area Istana Sultan Aceh. Lonceng ini sering dibunyikan ketika penghuni istana harus berkumpul untuk mendengar maklumat sultan. Pada 1915 M, dari Masjid Raya, lonceng bersejarah ini kemudian dipindah ke Museum Aceh dan bertahan hingga sekarang sebagai saksi bisu heroisme sejarah.



Baca Selanjutnya: Gunongan : Bukti Kejayaan Aceh Pada Masanya


Share:

Wednesday, 8 February 2017

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ACEH


        Pendidikan yaitu sebuah kewajiban yang harus ditempuh oleh setiap manusia didalam kehidupannya. Melalui pendidikan akan terlahirnya individu baru yang di penuhi dengan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan manusia bisa menciptakan hal baru yang mampu melengkapi kebutuhannya dan dapat membedakan mana yang memang harus disalahkan dan mana memang yang harus di benarkan. Tetapi jangan heran pula kenapa banyak orang pintar yang sudah berpendidikan tinggi tapi lebih rendah dari orang yang tidak berpendidikan sekalipun, contohnya koruptor. Itu manusia berpendidikan tapi tidak terdidik, bisa dikatakan akhlak baiknya itu berkurang kadang memang tidak ada sama sekali. Mereka tergiur akan uang tetapi tidak memikirkan bagaimana kelakuan mereka lebih rendah dari orang yang tidak berpendidikan. Masalah seperti ini tidak ada sangkut pautnya dengan pendidikan, itu semua ada pada diri sendiri. Kejahatan itu bukanlah pilihan, kita bebas hidup dan memilih yang terbaik untuk diri sendiri didalam hidup  ini dan kita mau kearah mana pilihannya ditangan kita masing-masing.  

        Kebudayaan itu ada kaitannya dengan pendidikan. Semua orang pasti tau apa itu kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil buah pemikiran masyarakat sekitar yang dikembangkan secara turun temurun. Kebudayaan berhubungan erat dengan pendidikan, dimana melalui pendidikanlah masyarakat modern bisa mentransfer budaya mereka agar bisa bertahan dari generasi ke generasi. Kebudayaan dan pendidikan saling bergantungan satu sama lain, mereka saling tarik menarik umpanya magnet.

         Di aceh sendiri memiliki berbagai budaya dengan pendidikan yang berkembang. Aceh memiliki masalah dengan pendidikan, sekarang pendidikan aceh tertinggal jauh dengan pendidikan di daerah lain tingkat nasional. Itu disebabkan ada beberapa masalah didalamnya yang harus segera ditindaklanjuti oleh pemerintah. Bisa dikatakan pemerintah sangat berperan dalam pembangunan gedung-gedung sekolah yang mana menghabiskan milyaran atau bahkan triuliunan untuk pembangunan tersebut. Dan hasilnya iya, menghasilkan gedung-gedung bertingkat itu bagus. Tapi lebih bagus nya lagi jika pemerintah lebih memperdulikan siswa-siswi dan guru di sekolah, karena itu jauh lebih penting. Untuk apa bangunan menjulang menempuh awan jika orang didalamnya masih bodoh tidak ada gunanya.


Kualitas pendidikan itu jauh lebih penting dari pada kuantitas gedung sekolah. Jika kualitas pendidikan sudah maju, maka tempat pendidikan itu akan mengikutinya, dan jika kuantitas gedung sekolah bertingkat dan bagus belum tentu orang yang didalamnya sebagus gedung itu. Pemerintah dalam bertindak harus melihat dulu apa yang memang perlu di kembangkan di aceh ini. Misalnya di dalam pendidikan sekarang itu masih banyak guru SD yang tamatan SD juga, yang seperti inilah perlu dipertimbangkan secara bijak. Seharusnya yang namanya guru itu telah menempuh pendidikan, layaknya disebut seorang guru. Pastinya sudah berpengalaman dan penuh dengan ilmu pengetahuan. Jadi saat mengajarpun tau sistemnya bagaimana dan aturannya. Dan jika pendidikan aceh tertinggal jauh di tingkat nasional jangan salahkan siswa ataupun siswinya, lihatlah siapa yang mengajarkannya apa orang yang tamatan SD atau SMP atau bahkan yang tidak berpendidikan jadi apa yang mau diajarkan. Pemerintah tau bagaimana menyelesaikan masalah ini secara baik-baik, dimana tidak ada yang merugikan salah satunya. Jika masalah cepat terselesaikan, dengan pendidikan baru aceh akan maju.


 Selain pendidikan yang mengalami masalah, aceh juga mempunyai masalah dengan kebudayaan. Dengan zaman berteknologi jangan salahkan jika budaya tertinggal jauh terbukti di aceh. Dulunya terdapat bermacam-macam budaya di Serambi Mekkah ini, tapi sekarang sudah samar-samar bahkan ada yang hilang. Orang dulu bersusah payah menciptakan sesuatu untuk generasi penerusnya tapi sekarang dengan mudah menghilangkannya. Contohnya Khanduri Apam(kenduri serabi). Ini adalah kegiatan yang dilakukan di setiap gampoeng di aceh pada bulan bulan ketujuh dalam kalender aceh yang namanya buleun Apam atau sama dengan bulan Ra’jab dalam kalender hijriah. Jikalaupun ada kegiatan seperti ini hanya beberapa orang yang melakukan itupun orang tua yang pernah mengikutinya zaman dulu.


 Banyak budaya lainnya di aceh yang tidak diketahui lagi dan tertanam didalam dasar tanah atau mungkin di lautan yang luas. Seharusnya para muda-mudi yang melestarikan budaya semacam ini tapi karena perkembangan teknologi dan budaya luar yang masuk ke Aceh, sedikit demi sedikit terkikis budaya sendiri tergantikan dengan budaya luar.


Padahal didalam pendidikan itu bisa dibarengi dengan budaya, tapi kita mempunyai pendidikan yang masih rendah tidak ada harapan kecuali kemauan sendiri dalam melaksanakan amanah orang tua kita. Tapi ada beberapa sekolah yang mengadakan perlombaan budaya baik seni tari, seni musik, dan lainnya itu sudah cukup bagus untuk menjaga budaya kita. Seperti itulah salah satu cara untuk melakukan pembaruan budaya agar tidak hilang.


Semua orang ingin maju. Bahkan orangtua zaman dulu pun ingin yang terbaik untuk anaknya yaitu bisa melihat kebahagiaan darinya, salah satunya juga maju. Kita tidak bisa menghindar dari teknologi. Semua orang sekarang melakukan apapun dengan teknologi. Itulah salah satu negeri ini maju dengan teknologi. Jangan berpikir teknologi itu hanya membawa efek negatif pada penggunanya, ada banyak efek positifnya. Dengan teknologi kita bisa melakukan apapun yang memang dapat membantu kita. Dan kita bisa melakukan nya dengan memperbarui budaya melakukan teknologi. Misalkan membuat sebuah blog dimana ada berbagai macam informasi tentang budaya yang ada di Aceh, ataupun website tentang budaya di Aceh. Dengan membuat seperti itu kita sudah bepartisipasi dalam menjaga budaya kita sendiri.


Teknologi harus bisa di kendalikan, jangan sebaliknya teknologi yang mengendalikan penggunanya. Jika tidak ada kemauan untuk menjaga budaya maka lama kelamaan budaya itu akan menghilang. Dalam menjaganya tidak cukup untuk satu atau beberapa orang di butuhkan semua orang ikut bepartisipasi di dalamnya. Jangan cuman berdiam di suatu tempat, tapi ikutlah dalam menjaga tempat itu dengan mengenal budayanya.

Dimulai dari sekarang Aceh harus dibenahi, dilakukan pembaruan untuk lebih maju kedepannya. Baik itu dari segi Pendidikan Dan Kebudayaan. Sangat berharap Seperti Aceh pada zaman dulu dimana Aceh yang terkenal dengan semangatnya dalam memperjuangkan islam, adanya berbagai macam budaya, terlahir generasi muda yang gagah berani dan hal macam lainnya yang terdapat Aceh ini. Semua itu berkat kerja keras, kekompakan dan satu tujuan terciptalah aceh yang maju. Untuk sekarang tidak ada yang tidak mungkin semua bisa terjadi jika ada kemauan di dalamnya. Sesungguhnya Allah pernah berfirman: “Sesungguhnya aku tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Itu firman Allah pasti, jadi berusahalah untuk merubahnya sendiri jangan terlalu berharap kepada orang lain, mulailah sendiri maka orang-orang akan memulainya juga. Keyakinan dan tujuan harus ada didalam hati untuk memulai dan melakukan.
Share:

Tuesday, 24 January 2017

KEHIDUPAN DIGITAL NATIVE DAN DIGITAL IMIGRANT

Di zaman secanggih sekarang ini tak heran jika seorang balita dapat memainkan gadget dan anak umur 3 tahun mengajari nenek nya cara mengirim email. Semakin hari kehidupan di bumi semakin maju dengan teknologi nya, jadi wajar saja manusia sekarang sangat bergantung dengan teknologi. Untuk keterkaitan teknologi sekarang ada istilahnya generasi Digital Native dan Digital Imigrant. 

Digital native merupakan generasi manusia yang sejak dia baru bisa menulis sudah mengenal yang namanya internet, sama halnya ketika dia kecil dan remaja kehidupan nya dipenuhi dengan gencarnya perkembangan teknologi. Sedangkan Digital Imigrant merupakan manusia yang masa kecilnya belum mengenal internet maupun komputer masa kecilnya belum gencar perkembangan tekologi. Zaman sekarang untuk membedakan keduanya bisa dilihat dari umur mereka. Digital native untuk zaman sekarang umur 24 kebawah sedangkan digital imigrant umur 24 keatas.

Kehidupan para digital native sangat berperan dalam perkembangan teknologi. Kehidupan mereka sehari-hari dipenuhi dengan berbagai macam teknologi baik itu internet, fashion, kuliner, produk hanphone, komputer dan media sosial. Keterkaitan mereka dengan teknologi tak bisa dipisahkan bahkan mereka bisa mempelajari sesuatu itu melalui teknologi tersebut misalkan media sosial. Media sosial tidak hanya diperuntukkan bagi kaum yang narsis tetapi juga sebagai wadah orang membagikan informasi yang di dapatkan dan di sebarkan melalui media sehingga orang lain juga mengetahuinya. Para digital native sangat aktiv dalam media sosial, baik itu yang memberikan informasi maupun yang mencari informasi. Mereka setiap saat ada hal yang mereka pikir begitu penting untuk dibahas dan berusaha untuk tidak melewatkannya sedikitpun.

Para generasi digital native cenderung lebih terbuka, blak-blakan, serta open minded. Jika mereka bilang suka, mereka bilang suka dan jika mereka tidak suka, mereka bilang tidak suka. Mereka juga merasa tidak masalah membuka apa yang di sebut oleh generasi sebelum mereka privasi, inilah yang dimaksud keterbukaan. Contoh mereka berlomba-lomba membuka kehidupan privasi mereka di media sosial misalkan facebook dengan menulis “gnite sayang (good nigth sayang)”, “love kamu”, “sedih baru putus” dan berbagai bahasa yang terkesan alay bagi generasi digital imigrant. Digital native gila akan akan kebebasan dan mereka tidak suka diatur dan dikekang. Digital native juga bebas untuk menolak atau menerima permintaan pertemanan di facebook. Sebaliknya, jika mereka mendukung sesuatu mereka akan berbondong-bondong mendukungnya dengan fanatik. Suatu media sukses berkat kepedulian generasi ini.

Dari segi  pemikiran dan proses belajar digital native jauh berbeda dengan digital imigrant. Para digital imigrant tidak akan percaya bahwa para digital native bisa belajar lewat menonton. Mereka mulai belajar lewat film yang ditonton baik itu animasi, action, drama, maupun tv serial. Mereka mulai belajar apa yang dilihatnya dan ini perlu kontrol dari orangtua agar anaknya menonton sesuatu yang bermanfaat baginya. Para digital native dalam belajar lebih menyukai santai tidak tegang tetapi serius. Mereka tidak suka dipaksa dan belajar kapan mereka mau. Mereka lebih banyak bermain tetapi pekerjaan mereka juga terselesaikan nantinya. Karena para digital native mendapatkan informasi begitu cepat, mereka dapat menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus. Dalam hal menyelesaikan sesuatu mereka lebih cepat dibandingkan digital imigrant yang lamban.


Karena hidup pada masa belum berkembangnya teknologi para digital imigrant jauh ketinggalan dengan digital native di bidang teknologi. Para digital imigrant hanya meluangkan waktu sesaat setelah bekerja di media guna untuk melihat informasi dan membuktikan pada dunia yang bahwa mereka ada di teknologi sekarang ini. Mereka tidak memiliki waktu luang banyak dalam media karena kesibukannya dalam bekerja. Dalam sistem belajar mereka menetapkan sistem terdahulu karena dianggap berhasil dimasanya maka diterapkan sampai sekarang. Dalam hal belajar para digital imigrant lebih serius, tegang dan lamban. Mereka bersifat memaksa agar bisa apa yang dipelajarinya dengan berusaha segiat-giatnya.

Karena berbeda pola pikir antara digital native dan imigrant maka terjadi kesalah pahaman dalam mengajar. Para digital imigrant seperti guru, dosen menerapan pembelajaran seperti terdahulu yang mereka pikir akan berhasil untuk digital native. Padahal bagi digital native itu sangat bosan dan mereka pikir kurang menarik. Jadi bagaimana solusinya ? solusinya hanya satu yaitu para digital imigrant berusaha untuk lebih memperdekatkan diri dengan teknologi dan mencoba melihat bagaimana penerapan pembelajaran yang memang cocok untuk digital native di zaman sekarang ini.

Kehidupan para digital native memang lebih modern akan teknologi dan informasi tetapi disini ada kelemahan juga dilihat dari segi kebudayaan. Mereka yang hidup di zaman teknologi yang maju pesat banyak melupakan kebudayaan nya. Dengan berkembangnya teknologi sekarang seakan kehidupan mereka tidak membutuhkan lagi yang namanya budaya, sudah terlupakan. Buktinya apapun yang berkenaan dengan budaya mereka hilang ingatan akan itu. Karena dari kecil sudah ditemani dengan gadget mereka tidak tahu bagaimana bermain engklek, petak umpet, kelereng, lompat tali gobak sodor dan banyak permainan tradisional lain yang hanya tinggal nama. Itu belum lagi kuliner, tradisi yang ada di daerah mereka masing-masing.

Di sinilah para digital imigrant berperan dan mereka bisa bekerja sama membantu satu sama lain. Kehidupan mereka bisa saling melengkapi. Para digital native bisa berperan di kehidupan digital imigrant untuk membantu mereka dalam menggunakan teknologi sedangkan para digital imigrant membantu digital native dalam memperkenalkan kebudayaan dan melestarikannya karena mereka hidup pada zaman nya kebudayaan berkembang. 
Share:
Powered by Blogger.

Kunjungi Profil Lengkap Saya